Regulasi

Pelaku Pasar Khwatir, CPO Banjir Pasokan

JAKARTA-Pelaku-pelaku pasar pada perdagangan hari ini khawatir melihat membanjirnya pasokan minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Sebab, jika CPO banjir pasokan dampaknya adalah menyusutnya harga CPO, seperti yang terlihat di Bursa Malaysia Derivatives Exchange pada hari ini, Rabu 6 Maret 2019.

Hingga pukul 14:15 WIB, harga CPO kontrak Mei terpangkas 0,46% ke posisi MYR 2.149/ton (US$ 525,42/ton), setelah sebelumnya menguat 0,56% pada perdagangan kemarin, Selasa, 5 Maret 2019.

Selama sepekan, harga CPO telah naik  0,89% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas agrikultur andalan Indonesia-Malaysia ini masih tercatat naik 1,41 persen.

"Kebanyakan pembicara tidak terlihat terlalu bullish," ujar salah seorang pialang Kuala Lumpur yang tengah mengikuti konferensi industri kelapa sawit hari ini.

Sebuah data yang diperlihatkan asosiasi penggilingan menunjukkan adanya kenaikan produksi minyak sawit pada lima hari pertama di bulan Maret, mengutip Reuters.

Jika melihat pola produksi tahunan kelapa sawit, memang menjelang bulan Maret hasil panen CPO akan meningkat. Hal tersebut erat kaitannya dengan faktor musiman tanaman sawit. Selain itu memang pada bulan Maret sering terjadi panen raya tahunan.

Selain itu pada hari Senin, Reuters juga melaporkan bahwa permintaan minyak sawit pada tahun ini diprediksi akan mengalami kontraksi untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, berdasarkan sumber dari industri minyak masak.

"secara umum, ketersediaan minyak minyak masak di India akan lebih tinggi, dan akan mengurangi ketergantungan kami terhadap minyak impor," kata Athul Chaturvedi, Direktur Adani Wilmar Ltd, salah satu perusahaan minyak nabati terbesar di India. "impor minyak masak India akan berada pada level yang mirip dengan tahun lalu [2018]."

India yang merupakan importir terbesar minyak sawit sudah tentu akan mempengaruhi keseimbangan fundamental di pasar minyak nabati global. Apalagi produksi minyak nabati domestik di India juga diramalkan akan menyentuh rekor tertingginya.

Berdasarkan keterangan dari B.V. Mehta, Direktur Eksekutif Solvent Extractors Association of India yang dilansir dari Reuters, produksi rapeseed akan menyentuh rekor 8 juta ton pada tahun ini. Seperti yang diketahui, rapeseed merupakan biji bunga yang dapat diolah menjadi minyak masak, dan dapat menggantikan minyak sawit.

Koreksi pada harga CPO hari ini juga terjadi ditengah naiknnya harga kontrak minyak kedelai yang sebesar 0,2%. Harga kedelai asal AS sudah tiga hari menguat secara berturut-turut akibat optimisme damai dagang.

Laporan Wall Street Journal yang mengatakan bahwa sebuah kesepakatan sudah siap ditandatangani kepala negara Amerika Serikat dan China bulan ini sontak membuat pelaku pasar kedelai gembira ria. Pasalnya China yang merupakan pembeli terbesar kedelai asal Negeri Paman Sam akan semakin banyak membeli.

Normalnya, pergerakan harga kedelai akan memberi pengaruh yang berkorelasi positif terhadap harga CPO. Saat kedelai naik, CPO juga terdorong ke atas. Sebab keduanya merupakan produk substitusi yang bersaing mendapatkan bagian di pasar minyak nabati global.

Namun apa daya, bayang-bayang banjir pasokan terlalu menakutkan bagi investor sehingga harga CPO makin merunduk.

Meskipun demikian, dalam konferensi industri yang masih berlangsung, analis James Fry memproyeksikan harga CPO akan berada di kisaran MYR 2.240-2.360/ton di tahun 2019, mengutip Reuters. Optimisme tersebut didasarkan atas penggunaan CPO dalam program B20 di Indonesia yang bisa meningkatkan serapan produksi sawit Indonesia.

Seperti yang diketahui, program B20 yang sudah berjalan saat ini membuat 20% campuran biodiesel disumbang oleh Fatty Acid Methl Ester (FAME) yang dibuat dari minyak kelapa sawit.

Pada rilisnya beberapa waktu lalu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan bahwa program B30 sedang diuji coba, yang berpotensi meningkatkan penggunaan minyak sawit, namun memang belum ada mandat dari pemerintah Indonesia untuk secara penuh melaksanakan program tersebut.(rdh/cnbc)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar