Ekonomi

Ringgit Menguat, Harga CPO Tergelincir

JAKARTA- Nilai tukar mata uang Malaysia, Ringgit menguat menjelang penutupan pasar spot perdagangan, Selasa, 19 Februari 2019. Kondisi ini memberikan tekanan kepada harga minyak mentah kelapa sawit atau crude palm oil (CPO). Pasalnya, saat Ringgit menguat, harga CPO menjadi relatif lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.

Alhasil, saat penutupan harga CPO kembali tergelincir. Hingga pukul 16:15 WIB, harga acuan CPO kontrak Mei di Bursa Derivatif Malaysia turun 0,70% ke level MYR 2.270/ton.

Selama sepekan, harga CPO telah terpangkas sebesar 0,89% secara point-to-point. Sedangkan sejak awal tahun, harga komoditas agrikultur andalan Indonesia ini masih tercatat naik 7,02%.

Turunnya harga CPO terjadi pada sore hari, sekitar pukul 16:00 WIB setelah seharian gembira ria di zona hijau.

Bahkan tengah hari tadi penguatan CPO mencapai 1,1%. Nampaknya karena harganya yang sudah terkatrol cukup banyak, investor jadi memiliki ruang yang cukup lebar untuk mengamankan keuntungan.

Di sisi lain, harga CPO juga mendapat energi positif dari saudaranya, yaitu minyak kedelai.

"Pasar sawit menguat karena mendapat sokongan dari pasar eksternal [minyak kedelai], juga didukung melemahnya Ringgit," ujar pialang yang berada di Kuala Lumpur, mengutip Reuters.

Hari ini, harga kontrak minyak kedelai di pasar Chicago naik 0,8% seiring dengan meningkatnya optimisme damai dagang Amerika Serikat (AS)-China.

Bila hubungan dagang antara kedua raksasa ekonomi dunia tersebut bisa bisa kembali lancar, maka harga kedelai berpotensi kembali menguat. Pasalnya China merupakan pembeli utama kedelai asal Negeri Paman Sam.

Mengingat minyak sawit dan minyak kedelai sama-sama berkompetisi untuk mendapatkan bagian di pasar minyak nabati dunia, maka pergerakan harga antara keduanya akan saling tarik menarik.

Nilai ekspor minyak sawit yang meningkat juga ikut memberi sokongan pada pergerakan harga CPO.

Surveyor kargo yang melakukan pantauan aktifitas pengiriman, mengatakan bahwa nilai ekspor minyak sawit Malaysia periode 1-15 Februari meningkat di kisaran 4,2% - 12,9% dibanding periode yang sama bulan sebelumnya, mengutip Reuters. Sedangkan data ekspor periode 1-20 Februari dijadwalkan rilis besok (20/2).

Meningkatnya nilai ekspor dari negeri produsen sawit nomor 2 dunia membuat investor optimis bahwa stok minyak sawit yang menumpuk pada akhir tahun 2018 dapat dikurangi. Dengan begitu, keseimbangan fundamental di pasar minyak sawit dapat membaik.(rdh/cnb)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar