Ketua GAPKI Riau : Dunia Makin Butuh Sawit, Serangan Terhadap Sawit Juga Ngetren

Ketua GAPKI Riau : Dunia Makin Butuh Sawit, Serangan Terhadap Sawit Juga Ngetren
Kampanye hitam yang menjelek-jelekkan kelapa sawit masih dilakukan beberapa pihak. Malah untuk tahun-tahun terakhir, ketika berbagai negara di dunia semakin meningkatkan impor minyak nabati dari sawit, kampanye buruk terhadap sawit itu semakin menjadi-jadi. Itu tidak hanya berlangsung di luar negeri, tetapi juga di dalam negeri. Dengan mengemas isu lingkungan, HAM, mempekerjakan anak-anak, serta soal gambut, maka rasanya terlalu banyak persoalan yang harus dihadapi sawit. Padahal muara dari persoalan ini sebenarnya sederhana, yaitu persaingan dagang. Itu dikatakan Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau, Saut Parlaungan Sihombing, saat ditemui Sawitplus.com . Ditemani Wakil Ketuanya, Suharto, Saut berbicara panjang lebar tentang langkah organisasi yang memayungi pengusaha kelapa sawit itu. Menurutnya, dulu sawit tidak banyak diserang. Malah sawit dijadikan sebagai solusi, percontohan untuk mengatasi kerusakan hutan akibat pembabatan liar. Di era Orde Baru itu, di zaman Soeharto, transmigran diterjunkan i daerah-daeraah itu. Mereka ditempatkan di hutan-hutan, dan demi hidup, mereka pun bercocok-tanam. Tak terhitung korban yang jatuh. Dengan semangat untuk perbaikan hidup, para transmigran itu mengorbanan segalanya. Mengatasi ganasnya hutan, melawan binatang buas yang ada di hutan itu, hingga puluhan tahun kemudian taraf hidup mereka bisa membaik. Namun ketika kehidupan para petani ini sudah membaik, justru serangan terhadap mereka, yang rata-rata bertanam sawit itu mulai datang. Serangan itu tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar. LSM terus merecoki, mempersoalkan apa saja yang dilakukan mereka, juga lingkungan yang mereka tempati. Beruntung, pospek sawit yang cerah menyebabkan tidak hanya petani pekebun yang tertarik untuk melakukan investasi di sawit. Perusahaan besar juga masuk dalam bisnis kebun ini, dan petani sawit akhirnya tidak sendirian menghadapi gempuran-gempuran dari luar dan dalam negeri itu. “Serangan gencar terhadap sawit itu mulai ngetren empat tahun lalu. Yang paling gencar dilakukan pada satu tahun terakhir ini sangat luar biasa,” kata Saut. Menghadapi serangan-serangan ini, menurutnya, GAPKI tidak reaktif. GAPKI ‘membiarkan’ tudingan buruk itu, dan hanya ingin melihat hasilnya kelak. Sebab GAPKI yakin, kesejahteraan yang ada di rakyat pekebun sawit akan menangkal isu-isu miring itu dengan sendirinya. “Lihat kemakmuran rakyat di desa-desa yang ada di Provinsi Riau ini. Desa-desa itu fasilitas jalannya dan yang lain bagus. Kota-kota berkembang pesat di daerah yang dulu sepi tak ada aktifitas. Tak ada yang bisa memungkiri, bahwa semua itu berkat sawit,” timpal Suharto. Ya, Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman juga mengaku, bahwa rakyat Riau sejahtera berkat sawit. Ini ditopang kebenaran data dari Bank Indonesia, serta pakar ekonomi di Riau. jss

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index