Ditanda-tanganinya perjanjian imbal-beli Indonesia dengan Rusia ternyata ikut mengerek harga inti sawit atau kernel (kernel palm oil). Beberapa pekan terakhir harga minyak kernel itu terus mengalami kenaikan.
Dalam perdagangan kernel satu minggu ke depan, harga minyak kernel yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Jambi melalui Dinas Perkebunan bersama Perusahaan Kelapa Sawit dan Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), naik Rp 460,49/Kg menjadi Rp 6.696,16/Kg dari harga sebelumnya Rp 6.235,64/Kg.
Naiknya harga kernel sawit ini disinyalir karena tingginya permintaan dari pasar luar negeri. Sebab kernel merupakan bahan baku berbagai produk dalam pembuatan sabun, oleokimia, lemak nabati, dan pemanis buatan.
Minyak inti kelapa sawit ini merupakan minyak nabati yang terbuat dari buah kelapa sawit. Kernel adalah lapisan inti buah kelapa sawit. Minyak ini berwarna kuning dengan komposisi asam lemak yang mirip seperti minyak kelapa. Minyak ini juga dikenal sebagai minyak laurat, minyak inti kelapa sawit yang dapat dimakan dan dianggap lebih sehat ketimbang minyak sawit.
“Saat ini kernel kelapa sawit sedang tinggi peminatnya, sehingga mempengaruhi harga jualnya,” jelas Roy Asnawi, Ketua DPD Apkasindo Provinsi lambi, Jumat (8/9) usai mengikuti rapat penetapan harga sawit di Dinas Perkebunan Provinsi Jambi.
Selain dipengaruhi tingginya permintaan pasar di luar negeri terhadap kernel palm oil ini, ternyata peningkatan harga juga dipengaruhi oleh kesepakatan imbal dagang Pemerintah Indonesia dengan Negara Rusia beberapa pekan lalu.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita menyebut, bahwa PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) telah menandatangani nota kesepahaman (MolI) dengan perusahaan Rusia, Rostec. Keduanya sepakat untuk segera merealisasikan pertukaran Sukhoi SU-35 dengan sejumlah komoditas Indonesia.
“Imbal dagang di bawah supervisi kedua pemerintah diharapkan dapat segera direalisasikan melalui pertukaran 11 Sukhoi SU-35 dengan sejumlah produk ekspor Indonesia,” kata Enggar.
Enggar menjelaskan, bahwa pesawat tempur Sukhoi itu akan menggantikan armada F-5 milik Indonesia yang dianggap sudah usang. Indonesia akan menyiapkan sejumlah komoditas mulai dari kopi dan teh hingga minyak kelapa sawit dan produk-produk industri strategis pertahanan untuk ditukar dengan pesawat tempur itu.
Dan dengan adanya kesepakatan kerjasama Indonesia dengan Rusia itu ternyata ikut mempengaruhi harga jual dan nilai tawar minyak sawit Indonesia. jss