Regulasi

Hilirisasi Lambat Gagal Topang Kinerja Ekspor

JAKARTA-Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani mengatakan, lambatnya program hilirisasi di dalam negeri membuat kinerja ekspor nonmigas gagal menopang tekanan dari impor migas yang besar. Akibatnya, ketergantungan impor terhadap bahan baku untuk industri terus meningkat.

"Coba kalau hilirisasi lancar, persoalan tekanan dari impor migas dan sentimen dari harga komoditas ekspor andalan kita seperti CPO dan karet yang anjlok, tidak akan menjadi masalah," jelasnya, Selasa, 15 Januari 2019.

Dia mengatakan industri di dalam negeri, terutama untuk produsen substitusi bahan baku penolong, belum mendapatkan dukungan yang maksimal. Salah satunya ongkos tenaga kerja yang terbilang masih tinggi, sehingga biaya produksi meningkat dan berdampak pada harga jual produk.

Alhasil, lanjutnya, para pelaku industri lebih memilih membeli produk impor yang harganya lebih murah dibandingkan produk substitusi impor di dalam negeri.

"Selain itu, pemerintah terbilang terlambat mengeksekusi sejumlah kebijakan pengendali impor maupun pendongkrak ekspor. Seperti mandatori B20 dan PPh pasal 22. Padahal tanda-tanda tekanan dari sisi global sebenarnya sudah kelihatan sejak tahun lalu," ujarnya. (tps)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar