Ekonomi

Rupiah Menguat, Gapki: Ini Menekan Pendapatan dari Devisa Ekspor

Rupiah Menguat, Gapki: Ini Menekan Pendapatan dari Devisa Ekspor

JAKARTA- Penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir, termasuk penutupan pada pasar spot valas hari ini, Senin,7 Januari 2019 ditutup di Rp14.085 per-Dolar Amerika Serikat, dikatakan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) kondisi ini juga terlalu baik bagi ekspor CPO.

Dikatakan Ketua Bidang Komunikasi Gapki, Tofan Mahdi, penguatan rupiah ini bisa menekan pendapatan. Pasalnya, mayoritas produk minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) diekspor. Dari 42 juta metric ton produksi CPO dalam negeri, sebesar 31 juta metric ton diserap oleh pasar luar negeri.  

"Memang penguatan rupiah akan menekan pendapatan dari devisa ekspor," kata Ketua Bidang Komunikasi Gapki Tofan Mahdi, Senin, 7 Januari 2019, seperti dikutip dari kumparan.

Selain itu, posisi harga CPO sejak November 2018 juga dalam kondisi tidak bagus. Harga CPO masih rendah di kisaran USD 510 per metric ton.

Meski demikian, GAPKI mensiasati penurunan harga dan penguatan rupiah dengan cara menggenjot volume ekspor.

"Tetapi hal itu bisa dikompensasi dengan memperbesar volume ekspor," sebutnya.

Rupiah pada perdagangan siang ini sempat menyentuh level tertinggiya di Rp 13.990. Namun penguat rupiah di posisi Rp 13.000-an tak berlangsung lama. Menurut data Reuters, Senin (7/1), rupiah pada pukul 13.55 WIB bertengger di posisi Rp 14.035. Namun, bila dibandingkan pada pembukaan perdagangan pagi tadi (Rp 14.265), rupiah masih menguat tajam sebesar 230 poin.(*/rd)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar