Humaniora

Tragedi Setan (64) : Iblis Disandera Ahli Mistik

Cerita hadits para Sufi juga menjelaskan bahwa para syekh serta orang-orang suci memiliki kemampuan yang sama untuk tetap terbebas dari gangguan setan.

Walaupun mereka tidak dianggap ma'sum karena tugasnya, mereka adalah orang-orang terlindungi (mahfuz) karena telah mencapai tingkat kesempurnaan spiritual yang tinggi dengan pertolongan Allah.

Mereka tidak hanya mampu mempertahankan dirinya dari gangguan setan, tetapi juga mampu secara lahiriah mengalahkan Iblis untuk memaksanya melakukan tawar-menawar di antara mereka. Pada saat itu, mereka bahkan telah menimbulkan pengaruh positif pada pribadinya.

'Attar menceritakan dua cerita, satu cerita dari Sahl At-Tustari dan satu cerita dari Abu Yazid Al-Bistami, dimana Iblis mengalami kejadian yang buruk di tangan para ahli mistik yang berpengalaman.

Sahl menceritakan, suatu kesempatan pertemuan dengan Iblis di antara sekelompok orang; dia telah menangkapnya dan mengikat sang Iblis :

Aku berkata," Aku tidak akan melepaskan engkau sampai engkau mengucapkan kata-kata yang memperlihatkan penyatuan dengan Allah.

"Dia (Iblis) berdiri di tengah-tengah dan mengatakan suatu bagian tentang penyatuan denga Allah. Kalau sekiranya orang-orang bijak sepanjang zaman hadir, mereka tentu akan terheran-heran.

Al-Bistami tidak hanya puas dengan menyuruh Iblis menyatakan keimanannya kepada Allah; dia lebih menyukai tindakan yang lebih drastis dalam upaya untuk mengakarkan Iblis agar tahu menempatkan diri.

Dalam sebuah pertemuan di mana Al-Bistami memberikan ceramah kepada sekelompok orang-orang saleh pengembara, pemimpinnya, Ahmad, mengatakan :

"Wahai Syeikh, aku melihat Iblis tergantung di bagian depan lorong menuju ke rumah anda."

"Itu benar,"jawabnya.

"Dia telah membuat perjanjian denganku untuk tidak hilir mudik di sekitar daerah Bistam. Dan sekarang dia telah menggoda seseorang sehingga dia manyakiti dirinya sendiri. Kesepakatan menetapkan, bahwa mereka akan menyalib orang-orang yang berbuat kesalahan di pintu gerbang raja."

Cerita hadits dalam Islam telah menggambarkan, bahwa kombinasi antara tugas kenabian dan pencapaian kesempurnaan spiritual terdapat dalam pribadi Muhammad. Oleh karena itu, pertemuannya dengan Iblis sangatlah penting, yang menyoroti kenabian dan kesucian Muhammad yang bertolak belakang dengan kebohongan serta kelicikan Iblis.

Keusilannya yang dianggap konyol terhadap Nabi hampir membuat dirinya melakukan bunuh diri. Al-Ghazali menceritakan kepada kita bahwa pada suatu ketika Iblis berani mengganggu Muhammad yang menyebabkan Nabi menangkap Iblis di kerongkongannya, lalu mencekiknya sampai lidahnya tergantung hampir keluar dan air ludahnya membasahi tangan Nabi. Dan karena ada yang menenangkan Muhammad, beliau melepaskan cekikannya.

Suatu pertemuan yang penting antara Iblis dan Muhammad diceritakan dalam sebuah cerita panjang yang ditemukan terlampir pada sebuah edisi tercetak dari Shajarat al-kawn dari Ibnu'Arabi, yang telah dirujuk pada bagian sebelumnya.

Sejak awalnya, Muhammad berada dalam pengendalian diri yang sempurna; Iblis hanyalah sebuah bidak, yang benar-benar tunduk pada kekuasaan Nabi. Cerita ini tersusun ketika sekelompok yang terdiri dari Nabi dan beberapa sahabatnya.

Sebuah suara terdengar di luar pintu yang meminta izin untuk masuk. Muhammad bertanya kepada yang lainnya apakah mereka mengenal suara itu. Semuanya tetap terdiam.

Beliau mengatakan, bahwa itu adalah suara Iblis. ' Umar melompat dan meminta izin kepada nabi untuk membunuh Iblis, namun Muhammad menghalanginya, dan mengingatkan 'Umar bahwa Iblis telah diberi kelonggaran oleh Allah.

Lebih dari itu, Muhammad mengatakan kepada mereka bahwa Iblis datang dengan sebuah tugas yang khusus; mereka seharusnya mendengarkan kata-katanya. Pada saat itu Iblis masuk ke dalam ruangan dalam wujud seorang tua, yang buta salah satu matanya.

Dalam janggutnya terdapat tujuhrambut seperti bulu-bulu kuda. Matanya menonjol keluar. Kepalanya seperti kepala seekor gajah besar, giginya bertaring keluar seperti taring seekor babi rusa.

Bibirnya seperti bibir seekor sapi, dan dia berkata, "Salaamun 'alaika, wahai Muhammad! Salaamun 'alaikum, wahai orang-orang muslim!"

Iblis menjelaskan, bahwa ia tidak datang atas kemauannya di hadapan Muhammad dan para sahabatnya, tetapi karena tugas tertentu.

"Seorang malaikat dari Allah Yang Maha Tinggi datang kepadaku dan berkata,"Allah Yang Maha Tinggi menyuruhmu untuk mendatangi Muhammad SAW, engkau yang terhina dan tercela. Dan katakan kepadanya tentang tipu dayamu terhadap anak-anak Adam, dan tentang godaanmu terhadap mereka.

Katakan kepadanya seluruh kebenaran tentang apa saja yang dia tanyakan kepadamu. Demi kekuasaan dan keagungan-Ku, jika engkau mengatakan kepadanya satu kebohongan dan tidak mengatakan dengan sesungguhnya, tentu saja Aku akan menjadikan engkau debu-debu yang akan diterbangkan angin, dan musuh-musuhmu akan memandang dengan hina terhadap kematianmu."

"Jadi aku telah datang kepadamu, Ya Muhammad, sebagaimana aku telah diperintahkan. Tanyakanlah kepadaku tentang apa saja yang kau inginkan..."

Iblis benar-benar tunduk kepada kekuasaan Allah, tunduk kepada Muhammad yang, sebagai seorang nabi dan orang yang suci, merupakan suatu media untuk perwujudan kekuasaan Allah di bumi.

Muhammad bertanya kepadanya, dan untuk beberapa halaman selanjutnya, yang merupakan bagian utama dari teks ini, Iblis menjelaskan peranan kejahatan yang terpaksa ia terima.

Muhammad menanyakan tentang hal-hal yang paling dia benci. Iblis menjawab bahwa Muhammad sendiri yang paling dia khawatirkan, dan setelah beliau dan para pengikutnya yang salatnya telah membuat Iblis menggigil, puasanya telah menyebabkan dia terbelenggu, ibadah hajinya menyebabkan dia menjadi gila, pembacaan Al-Qur'an yang mereka lakukan telah membuatnya merana, dan sedekah mereka telah memotong-motong tubuh iblis bak gergaji. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar