Industri

Penurunan CPO Berpotensi Kurangi serapan Tenaga Kerja

JAKARTA - Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah mengatakan, tren penurunan harga CPO dan karet global berisiko menghambat pertumbuhan serta mengurangi serapan tenaga kerja di kedua sektor industri perkebunan tersebut.

Menurutnya, risiko tersebut bisa berdampak langsung pada perekonomian Indonesia secara keseluruhan karena berkaitan dengan meningkatnya angka pengangguran dan berkurangnya kontribusi industri karet dan CPO sebagai sektor strategis penopang ekspor.

"Pemutusan hubungan kerja (PHK) dan deindustrialisasi sektor sawit dan karet mungkin masih belum terjadi dalam waktu dekat. Namun, fenomena itu sangat mungkin terjadi," kata dia, Kamis (22/11).

Wakil Ketua Umum Bidang Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Antonius J. Supit mengatakan, tren negatif di sektor karet dan CPO praktis akan berdampak pada serapan tenaga kerja industri itu. Salah satu yang paling terpengaruh adalah industri hulu yang berkaitan dengan petani dan buruh tani.

"Untuk karet, pemilik lahan akan menahan aktivitas pertaniannya karena mereka kehilangan gairah. Otomatis buruh taninya akan kehilangan pekerjaan. Begitu pula di hilir, industrinya akan melambat, sehingga pilihan 'merumahkan' pegawai bisa jadi salah satu solusi," katanya.

Anton menjelaskan, hal serupa juga berpeluang terjadi di sektor CPO, yang mengalami kelebihan produksi. Petani akan mengalami kerugian akibat produk mereka tak lagi laku di pasar. Untuk itu, dia menilai program mandatori biodiesel B20 harus berjalan secara maksimal demi mengurangi potensi deindustrialisasi. tps


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar