Industri

Suku Bunga 6 Persen, Apindo Riau : Investor dan Konsumen Menahan Diri

PEKANBARU - Bank Indonesia menaikkan suku bunga lagi pada 15 November lalu sebesar 25 poin dari 5,75 menjadi 6 persen. Ini terhutung sudah beberapa kali sejak awal 2018 dengan persentase total 175 persen. 

Hal ini tentu dalam upaya dan strategi BI untuk menarik kembali uang masuk. Akan tetapi dalam masa yang sama rupiah juga sudah cenderung menguat terhadap Dollar. Dengan kenaikan suku bunga ini tentu juga suku bunga kredit bank-bank di Indonesia juga mengikuti.

Menanggapi hal ini, Ketua Dewan Pimpinan Provinsi (DPP) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Riau, Wijatmoko Rah Trisno mengatakan ini akan berpengaruh pada kredit investasi dan konsumsi. Baik investor dan konsumen tentu akan menahan diri.

Idealnya untuk dunia usaha, BI tidak menaikkan suku bunga, bahkan harus menurunkan, sehingga kalau suku bunga rendah, orang akan melakukan investasi. Kalau tinggi tentu orang lebih nyaman naruh uangnya di bank, dari pada menanamkan modalnya," ujarnya.

Meski demikian Wijatmoko belum bisa memprediksi seberapa persen dampak suku bungan acuan BI sebeser 6 persen ini terhadap ekonomi. Pada kesimpulannya, kenaikan suku bungan BI sebesar 25 basis point, sedikit banyaknya akan mempengaruhi kredit investasi dan kredit konsumsi masyarakat.

Salah satu sektor yang dicontohkannya seperti jual beli barang-barang elektronik. Selain karena bunga kredit yang juga harus dinaikkan, di lain hal nilai modal produk-produk juga semakain mahal karena gejolak dolar yang terjadi beberapa waktu belakangan.

"Ya meski dua minggu ini dolar cendrung stabil, tapi suku bunga sebesar 6 persen ini ikut berimbas terhadap lesunya penjualan produk elektronik. Hasilnya para pemain barang elektronik akan menahan diri untuk melepas produknya di pasar, maka posisi pemain produk ini akan semakin parah," sebutnya. bay


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar