Industri

Jerman Dukung ISPO

JAKARTA - Pemerintah Jerman mendukung pembangunan kelapa sawit berkelanjutan yang mengarah kepada mekanisme Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) yang diterapkan di Tanah Air.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Bambang seperti dilansir dari Antara, berharap ke depan Pemerintah Jerman turut berperan dalam mendukung ' upaya Indonesia mewujudkan kelapa sawit berkelanjutan, hingga bisa mengakui atau mengakui sertifikasi ISPO. 

"Dengan teknologi yang dimiliki Jerman, kita berharap, bisa turut mendukung hilirisasi dan pemanfaatan limbah produk sawit agar pendapatan petani lebih meningkat lagi," kata dia.

Belum lama ini, Pemerintah Jerman yang diwakili Dirjen Kehutanan, Keberlanjutan dan Sumber Daya Terbarukan Kementerian Pertanian Jerman, Clemens Neumann berkunjung ke Kantor Ditjen Perkebunan, Jakarta, 13 November, untuk membahas perkebunan kelapa sawit.

. Clemens Neumann memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pemerintah Indonesia atas upaya yang telah dilakukan.

"Kami tertarik membantu karena memiliki juga sangat perhatian terhadap pembangunan yang berbasis sumber, daya alam yang.bisa diperbaharui, baik sebagai sumber energi/bionenergi maupun bahan baku industri seperti karet dan crude palm oil (CPO)," kata Neumaijn.

Sebelumnya, Neumann dan tim telah melihat langsung ke beberapa perusahaan kelapa sawit, yang sudah mendapat sertifikasi ISPO di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat khususnya di sekitar Taman Nasional Sentarum yang terdapat banyak petani karet dan sawit.
Menurut data, hingga September 2018, ekspor sawit Indonesia ke Jerman telah mencapai. 105,9 juta kg, dengan'nilai mencapai 72,7 juta dolar AS. Tps


2019, Pasar Oleokimia Masih Bertumbuh

JAKARTA-Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) menyatakan optimis pasar oleokimia dalam negeri akan tumbuh positif pada 2019. 
Ketua Umum Apolin Rapolo Hutabarat mengatakan, pertumbuhan industri oleokimia tersebut karena mendapat dukungan dari regulasi, pemerintah yang mendorong produk sawit dalam bentuk produk olahan bernilai tambah.

Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan industri oleokimia Indonesia sepanjang 3 tahun terakhir ini menunjukkan arah positi.Volume rata-rata tumbuh 10,68 persen per tahun. Sedangkan pertumbuhan nilai ekspornya rata-rata tumbuh 19,61 persen per tahun. Pada 2019, Apolin memproyeksikan volume ekspor naik 12 persen menjadi 5,36 juta ton dari tahun 2018. 
Kenaikan volume juga diikuti nilai ekspor yang bisa tumbuh 20 persen menjadi 5 miliar dolar. "Meningkatnya pertumbuhan produk oleokimia salah satunya ditopang pemakaian produk perawatan tubuh dan kosmetik," katanya.

Pariwisata, lanjutnya menjadi sektor penggerak permintaan produk oleokimia, karena orang senang traveling. Sewaktu bepergian, mereka pasti membawa produk kosmetik dan perawatan badan seperti sabun dan shampoo."Ini berdampak positif bagi oleokimia,"ujar Rapolo.

Dia mengungkapkan volume ekspor produk oleokimia berjumlah 2,39 juta ton dalam kurun waktu Januari sampai Juni 2018. Estimasi hingga akhir tahun ini, ekspor dapat menyentuh angka 4,79 juta ton.Sementarai tu, nilai ekspor oleokimia dari Januari sampai Desember 2018 mencapai 4,17 miliar dolar AS. 

Produk oleokimia digunakan untuk mendukung kebutuhan produk beragam industri seperti industri farmasi, pengeboran minyak baja, ban, kosmetika, dan kebutuhan rumah tangga-sabun, pasta gigi serta shampo. tps


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar