Humaniora

Tragedi Meurah Pupok (6) : Konspirasi Menjebak Putra Mahkota

Seluruh menteri dan para pembesar istana yang berada disitu terhenyak. Hanya saling memandang satu sama lainnya. Mereka terus merunduk. Para petugas yang biasa menangani jenazah melaksanakan titah sang raja yang masih sangat murka itu untuk tidak diijinkan memakamkan di komplek pemakaman keluarga kerajaan.

Jenazah Meurah Pupok diperintahkan untuk dimakamkan di luar area Istana Darud Donya, yaitu berdekatan dengan lapangan tempat pelatihan pasukan berkuda (kavaleri) .

Peristiwa yang baru terjadi ini menjadi buah bibir. Hampir seluruh penjuru negeri Aceh Darussalam memperbincangkan itu. Dari rakyat kebanyakan hingga para pembesar kerajaan.

Silang pendapat terjadi. Mereka tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Putra Mahkota. Mereka semua menaruh harapan besar terhadap Putra Mahkota sebagai pewaris kerajaan dan turunan langsung Sultan Iskandar Muda. Tetapi hukum telah ditegakkan, dan Sultan langsung yang melaksanakan keputusan tersebut.

Ada satu kata bijak, pemimpin itu ada waktunya, dan tiap waktu itu ada pemimpinya Seiring dengan pergantian waktu, Sultan sangat gelisah memikirkan siapa penggantinya kelak. Berita negatif dan suara miring semakin berkembang. Putra Mahkota Meurah Pupok yang bergelar Sultan Muda Poteu Cut itu memang sengaja disingkirkan

Sebuah konspirasi besar sedang dilakonkan oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan lain yang tidak pernah menginginkan Meurah Pupok sang putra mahkota untuk dijadikan raja atau Sultan menggantikan ayahandanya.

Rupanya pihak yang melakukan konspirasi besar itu telah lama berusaha dengan cara yang sangat halus. Mereka berusaha menjebak Putra Mahkota yang lagi beranjak remaja yang memiliki wajah tampan dan gagah.

Akhirnya muncullah sebuah tipu muslihat dengan kebulusannya untuk menggoda Sang Putra Mahkota yang sedang menanjak dewasa ini, tentu saja sudah sifat manusiawi setelah akil baliq sudah tertarik dengan lawan jenis atau wanita.

Akhirnya oleh kelompok yang sedang melakukan konspirasi tersebut mereka bersepakat untuk coba menyodorkan seorang wanita cantik kepada Sultan Muda .

Kelompok itu juga memikirkan bagaimana caranya bisa memasukkan wanita ke dalam lingkungan istana yang sangat ketat penjagaannya.

Dengan beberapa pertimbangan akhirnya salah seorang mengeluarkan gagasan yang mungkin dianggap sangat brilian ketika itu. Dengan penuh keyakinan ia berkata ‘’ tidak usah cari dari luar istana. Coba kita berdayakan dengan berbagai cara wanita cantik istri seorang Panglima Muda kerajaan, karena sebagai istri panglima sangat mudah wara-wiri ke dalam lingkungan istana. Tentu saja ini akan memudahkan mendekati Sultan Muda sang putra mahkota.

Mengingatkan pada pepatah Melayu untung tidak dapat diraih. Malamg tidak dapat ditolak. Ternyata skenario konspirasi itu bisa dipentaskan dengan sangat sempurna. Meurah Pupok terjebak sebagai pelakon utama.

Penyesalan itu selalu datang paling akhir berita konspirasi tersebut sampai juga kepada Sultan Iskandar Muda. Betapa murka dan sedihnya sang Sultan. Mengapa semua ini bisa terjadi begitu saja. Dan yang menambah kesedihan Sultan, yang melakukan semua itu adalah orang-orang terdekatnya.

Sejak itu semakin timbul bayangan Sultan Muda kesayangan yang sangat diharapkan kelak mampu untuk melanjutkan kepemimpinannya, dalam renungan Sultan Iskandarmuda terbayang masa kecil Meurah Pupok yang seakan kehadirannya di dunia ini memberikan satu energi baru untuknya, hilang lelahnya ketika Sultan bermain dengan Meurah Pupok kecil.

Namun Sultan juga sangat menyadari dan penuh penyesalan dalam selaksa kealpaan untuk mengawasi Meurah Pupok saat usianya yang menanjak dewasa. Sebagai remaja Meurah Pupok mudah tergoda.

Penyesalannya tentu saja sudah terlambat semuanya sudah terjadi kini Sultan selalu dirundung duka lara dan kesedihan yang sangat mendalam. Kejadian itu selalu menghantuinya suatu hal yang selalu dibayang bayangi di hari eksekusi Meurah Pupok. (bersambung/Arie Abieta)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar