Humaniora

Tragedi Meurah Pupok (3) : Putra Mahkota Perkosa Istri Perwira Muda

Dalam tegukan terakhir kopi yang diminumnya, tiba tiba terdengar suara gaduh dari luar ruangan. Suara teriakan dari luar ruangan balaiirung.

Meskipun Sultan sangat mengenal pemilik suara itu, yang tidak lain adalah suara salah seorang perwiranya, yaitu Panglima Muda sekaligus orang dipercayai menjadi ajudannya, tetapi Sultan masih meragukannya. Sampai Panglima Muda itu duduk bersimpuh dan berlutut mengaturkan sembah kepada Sultan.

Dengan nafasnya masih terengah-engah Sang Panglima setengah berteriak dengan penuh kenestapaan melapor. ‘’ Neu Peu Ampon Ulon Tuan Daulat Tuanku ‘’(ampunkan hamba tuanku raja)

Sang Panglima menangis tersedu-sedu sambil berucap dengan suaranya masih terbata-terbata.Dia menyebutkan, bahwa Putra Mahkota Poteu Cut Meurah Pupok telah melakukan tindakan asusila.Melakukan hubungan badan atau perzinaan dengan menodai istrinya.

Dengan berurai airmata perwira itu terus menuturkan kepada sang Sultan. ‘’Ampon Daulat Tuanku, hamba malu sekali. Hamba telah membunuh istri hamba begitu mengetahui perihal tersebut.

Ampon Daulad Tuanku, imbuh perwira itu, mengenai Poteu Cut Meurah Pupok hamba serahkan sepenuhnya kepada Daulad Tuanku. Tersirat sang panglima menuntut keadilan atas peristiwa itu.

Seakan dunia ini bergetar dan akan hancur berkeping-keping. Bersamaan hancur harapannya untuk menjadikan Meurah Pupok menggantikan dirinya.

Sultan mendengar laporan dan ratapan perwira kesayangannya itu, karena ia adalah salah seorang pelatih Angkatan Perang Aceh yang memiliki kemampuan ilmu sangat sampurna.

Sultan berusaha untuk menguasai dirinya dan coba bersikap tenang. Tapi baru saja Sultan ingin menyampaikan sesuatu, Perwira itu mencabut rencongnya yang berhulu gading dan bertahtakan permata sesuai dengan jabatan yang diembannya.

Ia menikamkan rencong itu ke hulu hatinya. Tanpa sempat dicegah oleh Sang Sultan, dia langsung roboh tewas di tempat. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, suara Sultan lirih sambil menutupkan mata jenazah Sang Panglima.

Sudah menjadi tradisi kerajaan dan sultan di seluruh dunia, kalau raja sakit, rakyat akan ikut sakit. Begitu juga kalau raja berduka seluruh negeri juga akan ikut berduka.

Begitu cepatnya berita itu menyebar segaligus menggemparkan seluruh jagat raya Tanah Serambi. Dengan suara bergetar dan berteriak dalam segala kemurkaannya, Sultan memerintahkan penangkapan kepada Sang Putra Mahkota Meurah Pupok. (bersambung/Arie Abieta)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar