Industri

Permintaan CPO Tidak Terdongkrak Festival Diwali India, Masyarakat Menahan Diri

KOLKATA, INDIA - Festival Cahaya atau Diwali di India ternyata tidak membantu peningkatan permintaan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil: CPO). Bahkan yang terjadi seperti adanya peredaman maupun menahan diri untuk perayaan festival tahun ini.

Itu terlihat dari jatuhnya permintaan dibanding tahun lalu. Hal tersebut diperkirakan karena naiknya harga minyak sawit sebesar 15 persen dibanding tahun lalu. Oenyebabnya ditengarai oleh tingginya tarif impor dan lemahnya rupee. Demikian menurut dua pemain besar  CPO India, Emami Agrotech and Adani Wilmar.

"Tiga hal yang mempengaruhi sentimen pasar saat Diwali ini adalah tingginya bea impor, rupee lemah, dan ketidakpastian pasar soal perubahan tingkat bea impor," kata Sudhakar Desai, CEO Emami Agrotech.

Oleh sebab itu, kata Angshu Mallick, chief operating officer at Adani Wilmar, pedagang dan distributor tidak menambah cadangan minyak nabati."Mungkin ada perubahan bea impor, itulah mengapa perdagangan dalam keadaan menunggu dan menonton," ujarnya. 

Pada Perjanjian Perdagangan Bebas Indo-ASEAN dan Perjanjian Kerjasama Komprehensif Ekonomi Malaysia dan India, bea impor minyak sawit mentah dari Indonesia dan Malaysia akan dipangkas 4 persen menjadi 40 persen. Hal yang sama untuk minyak sawit olahan dan olein akan dkurangi bea impor sembilan persen ke level 45 persen yang akan efektif 31 Desember.

Mallick memgatakan naiknya harga saat ini juga berpengaruh pada tingkat eceran. "Tidak biasanya pembeli belum berbelanja minyak goreng. Mereka hanya membeli apa yang dibutuhkan. Jadi tidak ada permintaan ekstra dari mereka dari waktu yang selama ini kami perhatikan saat festival. Kami sekarang hanya berharap pada musim pernikahan nanti permintaan akan meningkat," tambahnya.

India tergantung impor hampir 70 persen untuk menutupi konsumsi domestiknya. Dari November 2016 sampai Oktober 2017, India mengimpor 15,1 juta ton berbagai minyak nabati."Dari data yang keluar dari pasar, impor jatuh ke 14,7 juta ton," ungkap BV Mehta, executive director, the Solvent Extractors’ Association of India. bay


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar