Politik

Rontoknya Prediksi Para Peramal Harga Minyak Sawit Dunia

PEKANBARU-Harga minyak sawit mentah pekan ini diperdagangkan 2.085 ringgit per ton. Penurunan itu tidak hanya tercatat sebagai ‘sejarah kelam’ harga terendah minyak ini, tetapi juga menyingkirkan seluruh ramalan dari para peramal minyak sawit dunia.

Dorab Mistry dari Godrej India saat harga minyak sawit bermain-main di angka 2.100-an ringgit per ton dianggap paling jitu memprediksi. Namun dengan harga minyak sawit mentah turun di angka 2.085 ringgit, maka prediksinya pun tanggal juga.

James Fry yang meramalkan harga minyak sawit mentah akan bertahan di level 2.200-an ringgit per ton juga sudah outdate dengan harga minyak sawit mentah sekarang. Entah jika bulan ini terjadi kejutan, yang akan mengerek harga Crude Palm Oil (CPO) ini ke level prediksinya.

Sedang Thomas Mielke, dengan harga minyak sawit mentah 2.085 ringgit, maka menempatkannya sebagai ‘pemimpi’. Sebab prediksinya kelewat jauh, dia berasumsis minyak sawit mentah akan diperdagangkan antara 2.400 ringgit hingga 2.700 ringgit per ton yang pernah terjadi di tahun 2017 lalu.

Dengan harga minyak sawit mentah yang rendah ini, maka para stakeholders sawit tidak punya pegangan lagi. Mereka belum punya ‘peramal’ lain yang bisa dibuat acuan untuk melihat harga minyak sawit mentah ke depan.

Tak salah jika Fadhil Hasan menyebut, bahwa tahun ini memang sulit untuk memprediksi harga CPO dunia. Itu karena yang membuat harga dan ekspor impor minyak nabati ini gonjang-ganjing bukan alasan ekonomi atau perdagangan, tetapi politik.

“Sulit diprediksi, karena ini persoalan politik,” katanya pada SAWITPLUS.CO. jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar