Ekonomi

Ekspor Minyak Sawit Diyakini Mencapai 34,4 Juta Ton

(Tempo.co)

NUSA DUA - Wakil Ketua Umum III Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) bidang Urusan Perdagangan dan Keberlanjutan, Togar Sitanggang memperkirakan, ekspor minyak sawit dan lauric di tahun ini sebesar 31,6 juta ton. Dan pada tahun 2019 meningkat menjadi 34,4 juta ton.
 
Menurut Togar, pasar ekspor masih terbuka lebar, khususnya negara non tradisional. Dia mencontohkan pasar di Benua Afrika yang ekspor ke wilayah tersebut belum dimanfaatkan secara besar. Padahal, potensi ekspornya sangat besar.

"Benua Afrika penduduknya 1,3 miliar jiwa dan ekspor kita belum di-explore dengan baik," kata Togar di Nusa Dua, Bali, seperti dilansir dari Kontan.co.id.

Togar mengatakan, sejauh ini ekspor ke Afrika Selatan masih berkisar 1,8 juta ton. Dia bilang, bila Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan ekspor ke Afrika, maka tahun depan ekspor ke Afrika Serikat bisa ditingkatkan hingga dua kali lipat.

Lebih lanjut, Togar menjelaskan, pasar Afrika lebih banyak membutuhkan produk-produk dalam bentuk kemasan. Sayangnya pelaku usaha belum tertarik untuk mengekspor produk minyak sawit dalam bentuk kemasan karena rentang pungutan ekspornya dengan minyak curah masih sebesar US$ 10 per ton.

"Ini masih belum attractive bagi industri yang mengemas. Kalau ini bisa dilebarkan lagi menjadi US$ 15 ton, itu kan akan lebih mendorong eksportir untuk lebih mudah menjualnya ke Afrika," ujar Togar.

Salah satu upaya meningkatkan ekspor, menurut Togar, adalah dengan menurunkan tarif pungutan ekspor produk CPO dalam kemasan. "Supaya nanti ekspornya kencang. Kalau kapasitas sudah full, itu akan mendorong investasi," sebut Togar.

Tahun ini, ekspor minyak sawit dan lauric pun diperkirakan masih akan tumbuh, meski pertumbuhannya terbilang kecil atau sebesar 1,9 persen. Tahun ini, ekspor minyak sawit dan lauric diperkirakan mencapai 31,64 juta ton dari tahun lalu yang sebesar 31,05 juta ton.

Menurut Togar, ekspor yang tak meningkat pesat lebih disebabkan bea masuk ke India yang tinggi, perlambatan pasar, pelemahan mata uang Argentina, hingga produksi canolla yang masih tinggi. 

"Ekspor masih bisa naik. Karena ekspor di Oktober masih bagus," jelas Togar. Efi


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar