Industri

Implementasi Mandatori B20 Angkat Harga CPO

NUSA DUA - Pelaksanaan program mandatori biodiesel B20 diyakini mampu mengangkat harga CPO di pasar dunia. Kebijakan percampuran solar dengan minyak sawit ini juga menjadi solusi penyerapan stok minyak sawit di tengah melambatnya permintaan di pasar ekspor.

"Kami setuju sekali dengan apa yang disampaikan Bapak Presiden Jokowi bahwa program B20 akan meningkatkan penyerapan minyak sawit di pasar domestik," kata  Ketua Umum GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Joko Supriyono dalam keterangan persnya di Nusa Dua Bali, Rabu (30/10). 

Joko menyampaikan hal ini menanggapi arahan Presiden Jokowi saat meresmikan Pembukaan Konferensi Minyak Sawit Internasional IPOC 2018 & 2019 Price Outlook di Nusa Dua Bali, Senin (29/10).

Pada saat memberikan arahan pada Pembukaan IPOC 2018 tersebut, Presiden Jokowi menyebutkan ada lima hal yang harus dilakukan dalam pengembangan industri minyak sawit nasional. 

Salah satunya adalah Presiden Jokowi ingin agar implementasi pemakaian biodiesel B20 terus dipercepat dan dilaksanakan secara maksimal. Ia mengakui meski sudah diputuskan dari tahun kemarin, pelaksanaannya masih belum berjalan secepat yang diharapkan.

"Ini saya kejar terus agar penggunaannya bisa 100 persen, agar stok CPO yang ada itu bisa diserap kita sendiri. Ngapain kita impor minyak kalau dari kelapa sawit kita bisa gunakan campuran biodiesel?" tegas Presiden Jokowi.

Lebih lanjut, Presiden Jokowi memaparkan jika stok minyak kelapa sawit yang ada digunakan untuk campuran bahan bakar biodiesel B20, maka otomatis akan mendongkrak harga dari kelapa sawit itu sendiri.

"Ini trik dagang seperti ini kan memang harus kita lakukan. Kalau tidak ditekan terus. Ditekan, ya kita gunakan sendiri kalau B20 ini berjalan. Ganti semua mesin-mesin baik mesin mobil maupun mesin pembangkit listrik semua pakai diesel. Kapok mereka. Tapi ini perlu waktu," ujarnya.

Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono mengatakan, pengurangan impor minyak mentah dan mengganti dengan biodiesel sawit akan berdampak positif bagi neraca perdagangan. 

"Ini akan membantu mengurangi defisit neraca perdagangan dan tentu saja akan mengurangi dampak fluktuasi nilai tukar rupiah," kata Joko Supriyono.

Joko mengatakan, tahun 2018 ini produksi minyak sawit nasional bisa mencapai 42 juta ton di mana 30 juta ton akan diekspor. "Kalau melihat besarnya produksi minyak sawit ini, program mandatori biodiesel B20 tidak akan pernah mengalami kesulitan bahan baku," katanya. 

Sementara itu, IPOC 2018 and 2019 Price Outlook akan dimulai pada Kamis (1 November) di BICC Nusa Dua Bali. Konferensi IPOC ke-14 tahun ini akan mengambil tema "Palm Oil Development: Contribution to SDGs".

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita,  dan Kepala Bappenas akan menyampaikan special address pada hari pertama konferensi. Sementara itu pembicara pada sesi konferensi antara lain pakar komoditas dunia James Fry dari LMC International Inggris, Dorab Mistry dari Godrej International Ltd Inggris, dan Thomas Mielke dari Oil World Jerman.

Sementara itu beberapa pembicara dari dalam negeri antara lain: Musdalifah Mahmud (Deputi Kemenko Perekonomian bidang Pangan dan Pertanian), Mahendra Siregar (Council of Palm Oil Producing Countries), Aziz Hidayat (Ketua Sekretariat ISPO), dan beberapa pembicara lain. Lebih dari 1.500 peserta dari 36 negara hadir dalam konferensi minyak sawit terbesar di dunia tersebut. *


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar