Industri

KBRI Moskow Dorong Peningkatan Ekspor Sawit ke Rusia

PEKANBARU, - Rusia adalah negara terluas nomor satu dan dan juga dengan penduduk yang padat berjumlah 140 juta jiwa. Tapi banyak yang masih salah persepsi Rusia sekarang kelanjutan uni soviet yang serba tertutup.

Padahal sekarang ini lebih liberal, walaupun ada hal-hal tertentu yang itu memang kebijakan negara masing-masing. Namun untuk perdagangan semuanya sudah di bawah payung perdagangan bebas dunia.

Begitupun Rusia, bahkan pecahan negara Uni Sovietnya pun juga mengacu dan berdagang dengan Negara Vladimir Putin tersebut. Oleh karena itu perlu Indonesia akan melakukan upaya meningkatkan ekspor.

Terbukti saat ini ekspor Indonesia ke Rusia surplus dengan produksi mesin dan peralatan laboratorium yang tertinggi dengan nilai 700 juta Dollar Amerika Serikat lebih. Posisi dua ada minyak kelapa sawit dan turunannya hampir senilai 500 juta Dolar.

Ekspor sawit ini dinilai masih bisa ditingkatkan lagi melihat potensi pasar Rusia. Pasalnya tujuannya masih untuk industri dan belum maksimal untuk produk yang langsung ke konsumen.

"Ekspor Minyak Sawit sudah lumayan besar, tapi lebih ke sektor industri, yang langsung ke konsumen belum. Rusia negara terluas nomor satu dan penduduk 140 juta, potensi yang ada belum maksimal," kata Minister Counsellor Kedutaan Besar Republik Indonesia Moskow, Adiguna Wijaya kepada SAWIT+.CO.

Hal itu dikatakannya usai mendampingi Asosiasi Minyak Nabati dan sejumlah wartawan dari Rusia di Pekanbaru, Sabtu-Minggu (27-28/10). 

Pada kunjungan rombongan wartawan Rusia itu ada Polina Kondrashina dari Information Servie of the Interfax News Agency. Lalu Alexandr Gavrilenko, National Agrarian Agency ROSNG dan Artem Falchev sebagai Special Correspondent, Milknews. Sementara dari Asosiasi Minyak Nabati Rusia sekretarisnya yakni Yulia Dementyeva.

Di Pekanbaru mereka bedialog dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspekpir), dan Sawit Masa Depanku (Samade) di Provinsi Riau.

Sekretaris Asosiasi Minyak Nabati Rusia, Yulia Dementyeva mengatakan negaranya mengimpor minyak kelapa sawit lebih dari 80 persen dari Indonesia. Akan tetapi minyak itu belum untuk konsumsi, namun  masih untuk keperluan industri  bahan  campuran makanan olahan.

"Indonesia adalah penyedia terbesar. Minyak sawit di sini untuk bahan baku utama industri olahan makanan. Sebagian besar masyarakat belum tahu minyak sawit itu bisa langsung dikonsumsi," ungkapnya.

Saat ini minyak nabati yang diproduksi di Rusia adalah minyak bunga matahari. Selain itu ada juga dari minyak kedelai dan rapeseed serta beberapa dari tumbuhan lain yang hanya tumbuh di Rusia.

Untuk konsumsi dalam negeri hampir semuanya minyak goreng dari bunga matahari. Sementara minyak kedelai dan rapeseed, namun lebih pada orientasi ekapor. Bahkan untuk minyak kedelai sudah menjadi program pemerintah untuk meningkatkan ekspor mengingat potensinya di masa depan.

Akan tetapi, usai mengunjungi Pekanbaru dan melihat proses hulu dan hilir kelapa sawit, pihaknya akan menyampaikan ke Rusia bahwa ini juga bisa dikonsumsi. Lebih lanjut dirinya akan berkunjung ke pusat-pusat penelitian untuk lebih mengetahui banyaknya manfaat dari kelapa sawit. Bay


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar