Humaniora

Tragedi Setan (21) : Setan Islam Dampingi Nabi Muhammad SAW

Menurut Abu Bhakar Ibnu-Syayba dari Yunus Ibnu Muhammad yang telah melaporkan dari Hammad Ibnu Salamah, dari Tsabit, dari Anwar, mengatakan, Rasulullah SAW bersabda," Ketika Allah telah menciptakan Adam di surga, Allah mewariskan apa yang ingin Dia wariskan. Kemudian Iblis mulai berjalan-jalan di sekelilingnya untuk melihat apakah dia itu. Dan ketika Iblis melihat, bahwa Adam adalah makhluk yang berlubang, tahulah ia bahwa Adam telah diciptakan sebagai suatu makhluk yang tidak dapat menahan dirinya sendiri."

Dari waktu penciptaan, manusia di dalam dirinya terlihat memiliki benih-benih kerusakan. Selain itu, Iblis mengetahui kelemahan bawaan ini, dan memutuskan untuk menggalinya. Karena itu, dia akan menunggu semua laki-laki dan perempuan pada saat kelahiran, dia akan mencocok mereka, memberi rangsangan kepada mereka, dan mulai membuat perangkap. Inilah sebabnya mengapa seorang anak kecil menangis saat dilahirkan. Dalam seluruh sejarah umat manusia, hanya dua pengecualian yang telah dibuat untuk aturan ini, yaitu Isa (Jesus) dan ibunya, Maryam (Mary).

Menurut Abu Bakar Ibnu Syayba, 'Abdul A'la melaporkan dari Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Sa'id, dari Abu Hurayyah yang berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Tak ada seorang anak pun yang lahir tanpa setan (As-Shyatan) mencocok dirinya. Anak itu mulai menangis karena rangsangan setan itu -kecuali putera Maryam dan ibunya..."

Kedekatan keterlibatan antara setan dan umat manusia teruji dengan adanya kenyataan, bahwa semua dari ketiga ahli hadits tersebut menyebutkan hadits yang sama, ketika membahas tentang hubungan yang erat ini. Gambaran yang digunakan untuk menyampaikan keberadaannya yang bersifat menyebar dalam diri manusia tidak dapat diterjemahkan dengan mudah. Ungkapan Arab menyatakan: "Inna' sh-Shaytan yajri min al insan (ibn Adam) majra 'd-dam".

Hans Wehr mengemukakan, sebagai persamaan, suatu ungkapan bahasa Inggris " to become second nature to some one," (Setan menjadi watak kedua bagi seseorang). Namun ini tidak mengindahkan kekonkretan bahasa Arab -setan adalah bagian dari aliran darah manusia (dam). Untuk membersihkan akan memerlukan pembersihan diri, karena setan bergerak sepanjang aliran darah. Untuk tetap dapat bertahan hidup berarti dengan mengetahui bahwa setan berada dalam bagian yang paling penting dari seseorang.

Suatu ilustrasi dramatis dari keseriusan tindakan, yang dengannya orang-orang Muslim dapat memperlakukan kekuatan setan terhadap dorongan-dorongan batin dan proses psikis manusia, terdapat dalam kehidupan kepribadian Muhammad. Muhammad adalah manusia, dan karena itu, seharusnya juga telah dicocok oleh rangsangan setan pada saat lahir. Namun, bagaimana mungkin utusan Allah hal ini masih tetap tercemar ?

Syayban Ibnu Farrukh mengatakan, bahwa Hammad Ibnu Salamah telah mengatakan padanya, bahwa Tsabit Al-Bunani melaporkan dari Anas Ibnu Malik yang mengatakan, ketika beliau (Muhammad) sedang bermain dengan beberapa anak laki-laki. Dia (Jibril) menangkapnya, menghempaskan dan membelah dadanya. Dia melepaskan hatinya dan melepaskan dari hatinya itu sesuatu gumpalan. Dan dia berkata, "Inilah bagian setan yang ada padamu".

Kemudian dia mencuci hati Muhammad dalam sebuah bejana emas dengan air Zamzam. Dia kemudian membetulkannya dan meletakkannya kembali ke tempatnya. Dan Anas berkata, "Aku biasa melihat bekas luka ini di dadanya."

Keberadaan As-Shaytan di dalam batin secara konkret dipersonifikasikan dalam kehidupan orang-orang Muslim dengan perantara dunia spiritual. Hadits menunjukkan fakta, bahwa setiap laki-laki atau perempuan memiliki pendamping setan atau jin tertentu. Bahkan Muhammad, yang batinnya sangat bersih, tidaklah terlepas dari itu. Kelebihan beliau adalah, dengan bantuan Allah, setan pribadinya telah masuk ke dalam agama Islam, dan karenanya hanya merupakan suatu kekuatan untuk kebaikan selama hidupnya.

"Utsman Abu Syayba dan Ishaq Ibnu Ibrahim melaporkan, bahwa Ishaq mengatakan kepada kami, bahwa 'Utsman telah berkata bahwa Jarir melaporkan dari Mansur, dari Salim Abnu Abi'I-Ja'd, dari bapaknya, dari 'Abdullah Ibnu Mas'ud yang mengataka, bahwa Rasullah SAW bersabda, "Tak ada seorang pun di antara kamu yag tidak memiliki setan sebagai pendampingnya, yang tinggal di dalam batinnya."

Mereka berkata, "Dan engkau juga, ya Rasulullah?" Beliau berkata, "Bahkan aku juga, hanya saja Allah telah mendatangi pendampingku, menantangnya dan dia (setan itu) telah menjadi Muslim. Sekarang dia hanya mendorongku untuk melakukan kebaikan."

Campur tangan roh-roh yang senantiasa ada dalam kehidupan manusia telah menjadi sebuah penjelasan rasional terhadap tingkah laku yang berubah-ubah secara periodik. Kemarahan yang tak terkontrol, misalnya, terlihat sebagai hasil langsung dari intervensi setan. Sehingga untuk meredakannya dapat dicapai dengan meminta perlindungan kepada Allah dari "setan yang terkutuk".

Tidak hanya penyimpangan mental, tetapi juga beberapa keanehan yag dilakukan manusia dapat diinterpretasikan sebagai suatu yang diinspirasikan, atau yang mencerminkan keterlibatan manusia dengan dunia jin dan Shaytan. Hadits menceritakan, pada suatu kesempatan Nabi Muhammad SAW menangkap adanya pandangan seorang manusia yang bersifat menyerang ketika memburu seekor merpati. Komentar beliau: "Satu setan dengan memburu setan yang lainnya."

Ada lagi satu tahap akhir dari personifikasi dan eksteriosasi setan yang masih bisa terjadi. Ash-Syaytan, setan itu sendiri, diberi kemampuan untuk terlihat dalam bentuk-bentuk manusia yang berbeda. Karena itu, dia bisa mendekati laki-laki atau perempuan siapa saja dalam cara yang tidak mengancam, secara diam-diam, untuk meniupkan pikiran yang menyesatkan. (bersambung/jss)

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar