Regulasi

ITB Ciptakan Bensin Dari Minyak Sawit

(Greeners.co)

BANDUNG - Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil menciptakan katalis yang mampu mengubah minyak sawit menjadi BBM. Produk katalis ini dinilai mampu mendorong kemandirian energi nasional. 

Kemajuan teknologi ini ditandai dengan peresmian Catalyst Teaching Industry di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis, Fakultas Teknologi Industri, ITB, oleh Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (MenristekDikti) M Nasir di Bandung, Jawa Barat.

Nasir mengatakan, laboratorium ini merupakan langkah awal Indonesia memproduksi katalis dalam negeri. Tapi yang lebih penting, ini merupakan tindak lanjut dari hasil riset, terutama tentang konsep hilirisasi dan komersialisasinya.

“Apalagi ini bisa menghentikan ketergantungan bahan bakar fosil, sehingga kita bisa menggunakan minyak sawit untuk BBM. Kalau sawit bisa dialihkan untuk ini, kita bisa tinggalkan ketergantungan terhadap pasar Eropa,” ujar Nasir.

Dia menegaskan kini tinggal bagaimana dukungan regulasi untuk hilirisasi dan komersialisasi.

“Kita harus membuat regulasi yang mudah dan sederhana. Nah, kalau nanti produk ini bisa jalan, saya akan sangat bangga. Petani sawit juga akan sangat senang,” kata Nasir.

Laboratorium katalis itu merupakan hasil pengembangan ITB, PT Pertamina, dan dukungan dana Kemenristekdikti, dan salah satu hasil katalis yang telah diproduksi adalah PK 230 TD. Produk ini digunakan untuk membersihkan fraksi diesel dari pengotor senyawa sulfur dan nitrogen.

Setelah ini, beberapa katalis untuk produksi bahan bakar nabati dari minyak nabati akan diuji cobakan di beberapa unit komersial milik PT Pertamina. Katalis untuk produksi avtur nabati dari minyak inti sawit juga akan diuji cobakan di RU-IV Cilacap, dan katalis untuk produksi diesel nabati dari minyak sawit akan diuji cobakan di RUII Dumai.

“Pengembangan laboratorium ini telah dilakukan sejak 1996. Awalnya tantangan kami adalah produksi yang masih terbatas, yaitu 60 gram per hari. Tapi, saat ini untuk memproduksi 3 kg, cukup 2 sampai 3 hari,” kata Guru Besar Fakultas Teknologi Industri ITB Subagjo.

Menurut dia, saat ini semakin banyak industri yang membutuhkan katalis. Apalagi pada sektor minyak, Indonesia menjadi importir minyak terbesar. Produk katalis tersebut diharapkan mampu mendorong kemandirian energi na sional. Subagjo menjelaskan, produk katalis itu dapat menghemat devisa negara untuk sektor energi hingga USD25,2 juta per hari. Produk katalis ini mampu mengganti 360.000 barel atau 30 persen minyak mentah impor. Bioenergi ini pun bisa digunakan hingga 100 persen.

Rektor ITB Kadarsah Suryadi mengatakan, katalis ini diharapkan memberi harapan bagi perkebunan kelapa sawit nasional di tengah tekanan Eropa atas minyak sawit Indonesia. Bahkan, katalis ini dinilai bisa memberi penghematan hingga jutaan dolar.

“Produk luar negeri yang awalnya mahal dari USD22, sekarang dengan adanya produk ITB bisa turun jadi USD10. Ini cukup menekan harga,” kata dia.

Laboratorium ini, kata dia, merupakan tindak lanjut dari upaya ITB mengubah citra dari research university menjadi entrepreneur university. Apalagi, saat ini telah banyak produk digital yang dihasilkan dan banyak dipakai masyarakat umum. Selain digital, juga ada pro duk nondigital. Efi


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar