Humaniora

Tragedi Setan (10) : Tiap Manusia Lahir Didampingi Setan

Penciptaan jin dari nar as-samun bukan kejadian yang terjadi sekaligus dan tidak pernah terjadi lagi. Itu karena jin terus-menerus bereproduksi di antara mereka sendiri. Untuk itu, Iblis adalah nenek moyang dalam arti fisik maupun spiritual.

At-Tabari melaporkan dari Ibn Zayd, bahwa Allah telah berkata kepada Iblis: "Aku tidak akan memberi Adam keturunan tanpa memberikan keturunan kepadamu. Tak ada anak manusia hidup tanpa memiliki seorang syaitan (setan) pendamping yang berpasangan dengannya."

Namun, Iblis tidak menurunkan keturunannya seperti cara manusia yang harus kawin, hamil, dan melahirkan. Kemampuan generatif Iblis sangat berbeda dengan manusia. Dalam salah satu catatan hadits disebutkan, Iblis melahirkan atas kemauannya sendiri. Ia melakukan reproduksi hermaprodit. Tiap Iblis memiliki organ laki-laki dan sekaligus perempuan.

Tapi dalam catatan lain disebutkan, bahwa Iblis itu bertelur, yang dari telur itu akan diteteskan anak-anaknya. Sedang hipotesis ketiga mengemukakan, Iblis itu menemukan pasangan ular naga dari surga yang telah dihamilinya. Ular naga itu merupakan sekutu jahatnya dalam penggodaan terhadap Adam dan Hawa.

Anak yang dilahirkan Iblis tidak terbatas pada jiwa-jiwa yang disebut jin, tetapi juga termasuk jiwa-jiwa yang disebut dengan shayatin, atau setan. Pemimpin di antara mereka adalah suatu kelompok yang beranggotakan lima jin yang kejahatan dan aniayanya menyentuh seluruh aspek kehidupan.

Yang pertama adalah Zalanbur yang bertanggungjawab di jalan-jalan ramai, pusat perbelanjaan dan pasar-pasar, di mana saja semua itu berada. Selanjutnya adalah Thabr yang sangat senang dengan bencana dan kemalangan. Di bawahnya terlihat Al-a'war yang memikat manusia ke dalam perzinahan.

Sementara tugas Miswat adalah untuk mengisi mulut dan telinga manusia dengan gosip dan cerita bohong. Yang terakhir adalah Dasim yang dengan sabar menunggu seorang Muslim untuk melupakan dia dari menyebut-nyebut nama Allah ketika masuk ke dalam rumahnya atau sebelum makan. Sesudah itu Dasim, yang merasuki dasar-dasar pikiran manusia dan menyediakan diri untuk membekali Muslim yang lalai.

Al-Qur'an mengatakan tidak hanya keturunan Iblis secara fisik (dhurriyah) tetapi juga pasukan pengikutnya yang memandang Iblis sebagai penguasa. Dia mungkin bukan merupakan bapaknya dalam arti fisik, tetapi dia adalah pemimpin dan pembimbing spiritual, yang perintahnya mereka patuhi, dan kata-katanya mereka junjung sebagai hukum.

Makhluk apa pun, manusia, laki-laki atau perempuan, jin, setan, yang mau berjanji setia kepadanya akan diterima sebagai golongannya. Karakteristik para pengikut Iblis biasanya sombong dan ceroboh. Sebab tidak ada perbuatan kasar dan sombong yang tidak diketahuinya. Mereka bahkan berlomba-lomba dengan guruya berbuat kejahatan. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar