Humaniora

Tragedi Setan (9) : Apa Beda Jin, Jann dan Iblis

Waktu terus berlalu. 'Azazil menjadi seorang yang dekat dengan para pembawa Singgasana dan dengan para malaikat.

Iblis zahid ini begitu dihargai dan dihormati. Dan dia dijadikan perwalian kekayaan Singgasana. Kunci Surga dipercayakan dalam penjagaannya.

Apabila 'Azazil melewati langit-langit, para malaikat penghuni langit memanggilnya: "Wahai penjaga Surga! Wahai penjaga orang-orang yang beribadah kepada Allah!" Namun benarkah Azazil, jin pertapa ini sebegitu agung dan soleh? Tunggu dulu.

Dalam risalah ini, Ad-Diyarbakri tidak membiarkan pembaca mengagumi Azazil. Ia memberi peringatan amat keras. Itu agar para pembaca risalahnya tak sampai dikuasai kekaguman terhadap Iblis. Ad-Diyarbakri melampirkan sebuah keberatan terhadap mitos ini. Caranya dengan memberi gambaran tentang kematian 'Azazil' yang tragis.

"Jangan disesatkan oleh kesalehan Azazil! Di balik perbuatannya yang seperti baik ada kesalahannya! Di balik perbuatan salehnya ada kesesatan. Jangan percaya dengan ketaatannya! Sebab dalam setiap perbuatan taatnya selalu ada kerusakannya," begitu Ad-Diyarbakri mengingatkan.

Arti yang mendua dan kontoversi tentang asal-muasal Iblis ini memang membawa kita ke dalam penggambaran jin dalam catatan hadits Islam. Sebab bagi para penafsir Muslim tak cukup untuk mengakui eksistensinya secara sederhana. Itu karena jin mewakili keluarga bangsa Iblis, yang penelusurannya tidak dapat dilakukan dengan mudah. Namun bagaimana sih kaitan antara jin, iblis dan setan itu?

Jin, pada umumnya dipercaya sebagai makhluk spiritual. Bagian dari dunia yang gaib. Kegaiban dan ketersembunyiannya terekspresikan dengan akar kata JNN (bahasa Arab), yang darinya jin berasal.

Jin diciptakan ribuan tahun sebelum manusia. Beberapa orang menganggap mereka sebagai spesies atau suku bangsa malaikat, sehingga ada yang berpendapat mereka diciptakan pada saat yang sama ketika malaikat diciptakan.

Jin tidak sama karakternya. Ada beberapa perbedaan berarti di antara mereka. Beberapa jin makan, minum, memiliki anak, dan mati. Namun jin-jin yang murni berbeda. Mereka tidak makan, minum atau beranak. Beberapa jin mempunyai sayap. Dan beberapa yang lain memiliki bentuk seperti binatang.

Beberapa ahli tafsir menyatakan Iblis bukanlah anggota ras jin. Namun mereka menyatakan, bahwa Iblis adalah nenek moyang jin, ayah dari jin, seperti Adam adalah ayah umat manusia. Dalam peran inilah kadang-kadang jin disebut Al-Jann.

Iblis dan keturunannya diciptakan dari suatu substansi yang biasanya disebut nar-as-samun. Nar as-samn ini (atau marij min nar sebagai mana jin kadang-kadang digambarkan) diterangkan dalam beberapa cara. Bagi beberapa orang, substansi nar ini merupakan panas dari suatu api yang tak berasap, suatu panas yang menembus pori-pori. Ini juga merupakan substansi, yang darinya dapat dihasilkan gulungan cahaya.

At-Tabari mengemukakan, bahwa samun berhubungan dengan angin-angin panas yang bertiup di malam hari. Barangkali nar as-samun merupakan angin panas yang berkobar, atau angin puyuh yang melumpuhkan manusia. At-Tabari juga menunjukkan bahwa nar as-samun dapat merupakan hati dari nyala api dan bukan angin. Namun begitu, beberapa versi sependapat tentang panas yang hebat dan kualitas nonmaterial dari substansi penciptaan ini, nar as-samun. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar