Humaniora

Begini Gaya Pria Romantis Menikmati Seks

Pria dan wanita memiliki perbedaan mencolok. Dari postur tubuh, lelaki berotot kekar menunjukkan kesanggupan mengerjakan yang berat-berat. Mampu menghadapi segala persoalan lahir maupun batin, dan melindungi yang lemah, yaitu wanita.

Dalam sisi seksualitas, lelaki juga kontras dengan wanita. Dia cenderung memimpin, dan sifatnya yang tidak malu-malu membuatnya lebih agresif. Laki-laki kebanyakan mendahului permainan dengan cumbu-rayu ketimbang menunggu reaksi istrinya.

Bahkan begitu terlalu bernafsunya, sehingga tanpa cumbu rayu ada yang langsung minta dilayani. Namun, tidak semua lelaki begitu. Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda.

Yang jelas, sejak dulu setiap orang memiliki persepsi yang berbeda tentang seks. Perbedaan itu erat kaitannya dengan pengetahuan dan pemahamam mereka tentang kebutuhan pokok yang sulit dihindari ini. Pendidikan, pergaulan, dan lingkungan merupakan faktor penentu kedalaman persepsi seseorang.

Kurangnya pemahaman tentang arti seks, biasanya dalam kehidupan seksualnya ikut sederhana pula. Mereka berpandangan, seks tidak lebih dari sekadar tugas suami terhadap istrinya dalam memberi nafkah batin. Atau ada yang menganggap untuk meneruskan keturunan saja.

Berbeda dengan mereka yang berpandangan luas terhadap arti seks. Hubungan kelamin bisa diartikan sebuah keindahan yang mendalam dalam kehidupan. Sesuatu yang indah yang ada dalam diri kita. Seks dalam pandangan orang yang demikian, dapat dinikmati puluhan tahun. Sebab, seks adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri dan dinikmati.

Secara global, ada tiga macam pandangan pria soal seks dalam kehidupan. Yaitu pria sederhana, pria romantis, dan kelompok pria pengabdi.

Pria Sederhana

Bagi pria sederhana, barang kali kelompok ini jumlahnya paling banyak di antara sekian besar jumlah pria di muka bumi ini. Mayoritas mereka hidup di pelosok dan pedesaan. Seks bagi kelompok ini, hanya sebatas pada memulai, selesai dan tidur.

Setiap kali melakukan aktivitas hubungan intim selalu demikian. Orang-orang yang memiliki sifat seperti ini, biasanya tidak banyak tuntutan.

Pemahaman seks yang polos ini, kecil sekali menimbulkan persoalan sekiranya pasangan (istri) juga berpandangan yang sama. Pasangan yang demikian, meski banyak kekurangan tetapi kompak dan tenang-tenang saja. Kerukuran ini lantaran ketidak-tahuan mereka. Sekiranya mereka memiliki pandangan, seks merupakan sesuatu yang indah, niscaya akan menuntut yang lebih.

Pria Romantis

Golongan pria romantis, biasanya menginginkan kebersamaan. Kebanyakan mereka berpendidikan lebih tinggi, banyak membaca, fleksible, dan memiliki pengetahuan cukup luas soal seks.

Bagi mereka yang mempunyai daya kreatif tinggi, biasanya menginginkan kontak seksual yang lebih mempergunakan perasaan dan kerjasama. Selalu mendengarkan nuansa-nuansa halus dalam dirinya maupun pasangannya.

Mereka menganggap istri sebagai partner, dan bukan sebagai obyek pemuas nafsu seks atau hanya tempat memproduksi anak, dan tak lebih dari ‘obat tidur’ saja.

Kegiatan senggama bukan hanya melakukan usaha agar bisa ‘keluar’ dan selesai. Mereka ingin menelusuri keindahan yang ada dalam diri istrinya. Inilah yang disebut seks itu seni (indah).

Bagi kelompok ini, seks adalah seni. Seni yang paling indah dan nikmat dalam kehidupan manusia. Mereka, pria yang menghargai seksual sebagai suatu yang paling bernilai. Suatu kontak seksual yang indah akan selalu terbayang, meski kejadiannya sudah berpuluh-puluh tahun silam.

Pria Pengabdi

Pria tipe ketiga ini, senantiasa selalu mengabdi pada pasangannya (istri). Dalam melakukan hubungan badan, mereka hanya ingin memberi kepada isteri. Seolah mereka dilahirkan untuk isteri. Pendek kata, mereka mengerjakan seksual untuk kepentingan isteri.

Ada perasaan mengganjal bagi pria pengabdi apabila istrinya belum memperoleh kepuasan. Bila istri tidak sampai mencapai orgasme, bukan istrinya yang dikoreksi, tetapi diri sendiri yang disalahkan mengapa tidak mampu memuaskan istrinya. Padahal, tidak tercapainya orgasme bagi sang istri belum tentu penyebabnya adalah dirinya.

Memang, ada pandangan sebagian pria, orgasme pada istri saat hubungan intim merupakan suatu bukti kepandaiannya dalam bermain cinta.

Banyak pria yang merasa bangga bila istri mencapai orgasme, capai dan menyerah. Merasa bangga dan puas bila mampu mengalahkan serta menguasai istrinya. Baginya, lelaki memang lebih kuat dari wanita. Kalau istri kurang puas, kelaki-lakiannya merasa diusik.

Mitos itu sah-sah saja, sebagai tanda timbal balik saling memberi kenikmatan dan kepuasan dengan istri. Tetapi, kepuasan istri tidak selalu harus dengan orgasme. Apa lagi hanya bertujuan bisa mengalahkan istrinya. Pandangan ini perlu diubah.

Keberhasilan suami dalam memuaskan istri selama hubungan intim, memang bagus. Tetapi, tidak harus dipaksakan. Bagi mereka yang tidak mampu lalu memaksakan diri, maka bukan kepuasan istri yang dirasakan, tetapi impotenlah yang bisa terjadi. Oleh karenanya, dalam memuaskan istri banyak cara lain. Misalnya permainan pendahuluan, atau cumbu rayu. yon/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar