Kolom

Perjalanan Foto 18 Tahun di Washington

WASHINGTON - LANGIT Washington mulai tak bersahabat, saya mulai harap-harap cemas. Rintik hujan satu-satu mulai turun. Itulah hari pertama saya di Amerika, mendarat di Washington tahun 2000. Berkali-kali mengintip dari jendela Ambassador Hotel di kawasan Dupont Cicle itu. Saya menunggu seorang teman. Teman itu akhirnya datang; namanya Ramadhan Pohan, ia adalah perwakilan Jawa Pos untuk Washington.

Sore itu akhirnya saya bisa jalan-jalan bersamanya menyusuri Washington yang ‘sepi ‘, karena banyak penduduknya memilih memakai subway. Salah satu yang saya kunjungi adalah Kedutaan Besar RI yang gedungnya amat ikonik. Dan saya ingin bercerita tentang pertemuan saya dengan dua orang yang membuat saya berkeyakinan bahwa hidup tak hanya di indonesia. Dorojatun Kuntjorojakti Dubes saat itu dan Mahendra Siregar, bagian penerangan Kedutaan. Mereka memberi saya pesan, sebelum berkunjung ke enam negara bagian di AS itu; "Bedakan antara orang-warga- Amerika dan politik Amerika."

Itulah pertemuan pertama dan terakhir saya dengan mereka. Setelah 18 tahun, baru kemarin saya bertemu lagi dengan Pak Mahendra Siregar. “Masih ingat wajah ini,” kata saya sambil menyorongkan wajah lebih dekat. Ia berpikir keras.

“Ntar...ntar,” katanya. Dalam semenit ia tak menemukan jawaban. Padahal selama sejam saya memimpin acara Press Briefing dia kerap bertatapan dengan saya.

Akhirnya saya buka Hp dan menunjukkan sebuah foto lama disalah satu ruang paling indah di Kedutaan Besar Indonesia di Washington. Kita foto bertiga Mahendra Siregar, Pak Dubes Dorojatun dan Saya. Yang memotret Ramadhan Pohan.

“Wooowww,” katanya sedikit kaget.
“Kok baru sekarang ketemu,” tanyanya.
“Itu di Embassy ya,” lanjutnya lagi. Saya mengangguk. Lantas kita makan bareng dengan sedikit cerita soal masa lalu. Selama itu, Mahendra Siregar jadi orang penting, namun saya tak juga ingin bertemu bertemu, atau ingin bertemu tapi waktunya nggak pas. Seperti saat perpisahan sebagai Komisaris Utama semen Indonesia di sebuah restoran di Tebet waktu itu. Saya yang berhalangan.

Saya juga pernah bertemu di pasar modern BSD, namun begitu saya cari dia sudah hilang. Mahendra kemudian jadi orang penting di republik ini, mulai berkarir di Deplu, ia menjabat sebagai Economic Third Secretary Kedutaan Besar Indonesia di London, dan duta informasi (bagian penerangan) Kedutaan Besar Indonesia di Washington D.C. selama 3 tahun.

Mahendra kemudian bergabung dengan Kementerian Koordinator Perekonomian. Ia dipercaya menjadi Asisten Khusus Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-Jakti. Mahendra yang lulusan S2 Ekonomi dari Universitas Monash, Australia, kemudian dipercaya menjadi Deputi Menko Perekonomian Bidang Kerjasama Ekonomi dan Pembiayaan Internasional. 

Ia menempati jabatan itu dengan menteri yang berganti-ganti yaitu Aburizal Bakrie, Boediono , dan Sri Mulyani Indrawati. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) periode 2013-2014. Kini ia dipercaya memimpin badan yang mengurusi negara produsen minyak sawit yaitu Council Palm Oil Producing Countries (CPOPC).

Bahkan saat menjadi Komisaris Utama Semen Indonesia pun saya tidak menemuinya, padahal Semen Indonesia adalah salah satu klien saya. 
“Sampai habis jabatannya, kamu nggak muncul,” dengan ditimpali gelak tawa. 
“Kirim foto itu ke saya ya,” katanya. “Saya akan kembali berdinas di Deplu nanti,” begitu katanya sebelum masuk Camri yang membawanya pergi. Ia harus bergegas mengejar pesawat, karena sore hari harus berada di Kinibalu.

Selain Mahendra dan Dorojatun, orang yang omongannya saya dengar betapa kita perlu melihat keluar adalah pak Dahlan Iskan. “Sangat perlu melihat keluar, agar kita bisa ngukur kemampuan kita.” kata Pak Bos Dahlan.

Dialah orang pertama yang membuat saya nekat ikut seleksi untuk mendapatkan program International Visiting Program (IVP), saat konsul AS di Surabaya dijabat Robert Pollard. Dan banyak dibantu oleh teman teman dari USAID, Lorie (kalau nggak salah eja), juga Mbak Dini S Rahim.

18 tahun terasa singkat, Lutfi Subagyo.


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar