Humaniora

Ruwatan Sudamala (13) : Sadewa Pulang Saat Amarta Dikepung

Perang masih berkecamuk. Pandawa menjadi pihak yang kalah. Sekarang tidak lagi dibicarakan. Itu Kita tinggalkan. Yang diceritakan kini adalah keadaan Raden Sadewa dan Raden Sakula yang masih berada di Prangalas.

Raden Sudamala alias Sadewa berkata: "Kanda, kakak Bima dan kakak Arjuna telah kalah perang melawan Kalanjaya. Berita telah mengatakan, pintu gerbang kini tertutup. Mereka bersembunyi di dalam benteng. Meski belum pasti mereka sungguh-sungguh kalah, tetapi ternyata mereka telah payah."

"Ya, apakah sekarang yang harus dilakukan? Kakak-kakak kini sudah berada di dalam istana, bagaimana kita sebaiknya." "Kalau begitu, mari kita cepat berangkat untuk membantunya. Jangan lama-lama."

Keduanya pun segera berangkat. Setelah sampai di kota, penjaga yang melihatnya segera membuka pintu gerbang. Mereka masuk kota, dan langsung menuju ke Balai Penghadapan. Disini mereka bertemu dengan Sang Darmawangsa, Sang Bima dan Sang Arjuna. Mereka sedang berada di balai penghadapan. Saat itulah Raden Sudamala dan Raden Sadewa menyembah pada Sang Darmawangsa, Sang Bima dan Sang Arjuna.

Sang Darmawangsa berkata: "Wahai, adik-adikku kini datang".

Sang Bima berkata juga: "Sekarang adikku Si Nakula dan Sadewa tiba. Dari mana dinda berdua?"

Sang Arjuna berkata: "Aduhai adik-adikku. Aku sangat girang. Dari mana adik-adikku ini, beritahulah kakakmu".

Raden Sudamala menjawab. "Hamba beri tahu Kanda, semula hamba bersembunyi di pertapaan Prangalas atas perintah Hyang Ayu.

Sang Kunthi mendengar Raden Sadewa datang beserta Raden Nakula, keluarlah ibu Pandawa ini ke balai penghadapan. Ia berjalan cepat. Begitu melihat anaknya, maka keduanya dipeluk, ditangisi, sambil berkata menyayat hati.

"Wahai, dari manakah kalian, kukira kamu berdua sudah mati. Wahai, anakku, beritahu ibu. Bagaimana kamu berdua masih hidup. Dulu setelah aku mempersembahkan kamu, aku tak bernafsu makan lagi. Aku tak mau berhias diri. Aku tak mau lagi berbedak. Aku selalu menangis, meratap dan tak mau keluar dari dalam bilik. Kini ada belas kasihan dari dewa, kalian masih hidup."

Segera Raden Sudamala dan Raden Sadewa menyembah menghormat ibunya. Menangislah sang ibu itu. Raden Sudamala berkata kepada ibunya: "Hamba ini masih tetap hidup, karena ada petunjuk dari dewa yang menyebabkan hamba dapat melepaskan orang dari derita. Dari itu Hyang Dewi di Setra dapat kembali berupa Sang Hyang Ayu, dan rakyat hantu telah terlepas juga.

Setra sekarang telah menjadi taman. Setelah Hyang Ayu berubah wujudnya kembali berupa seperti semula, beliau mengganti nama hamba menjadi Ki Sudamala. Itu karena hamba telah melepaskan derita mala Hyang Dewi. Beliau pun memberi anugerah berupa senjata dan memberi petunjuk mengenai jodoh hamba. Beliau bersabda, hamba harus segera pergi ke pertapaan. Di situ hamba akan menemukan jodoh hamba, dua orang gadis cantik.

Gadis itu puteri Begawan Tambapetra. Atas perintah beliau hamba disuruh melepaskan Sang Pendeta dari derita malanya. Setelah Hyang Ayu lenyap kembali ke sorga, hamba segera berangkat menuju ke pertapaan, hamba ambil kedua gadis itu. Yang seorang sama cantiknya, hamba berikan kepada putra bunda, yaitu kanda Sakula. Lalu tersiar kabar Sang Pandawa terdesak dalam perang. Sang Bima dan Sang Arjuna terpukul mundur dan tutup pintu. Hamba pun pulang."

Batari Kunthi berkata: "Wahai buyung, anakku, jadinya kini kamu berdua telah kawin. Aku merasa betapa besar hutangku terhadap kalian. Aku punya nazar jika kau kembali."

Raden Sudamala menjawab. "Janganlah kita lekas-lekas bergembira. Itu nanti saja, jika hamba sudah berhasil memusnahkan musuh, kita akan bersama-sama bergembira. Dan nanti kalau Kalanjaya menyerang, Si Sudamala yang akan melawannya, beserta kakak Sakula. Nanti kami berdua yang akan keluar." (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar