Humaniora

Ruwatan Sudamala (10) : Akhirnya Nakula Bertemu Sadewa

Tak diceritakan perjalanan Raden Nakula. Setibanya di pertapaan, satria tampan ini berhenti berdiri di tengah halaman. Di tempat pertemuan.

Ki Semar yang melihat kedatangan Raden Sakula, ia mengucap riang. "Nah, aku harus segera memberi tahu, bahwa kini sang kakak telah datang menyusul sang adik."

Semar segera masuk ke dalam asrama. Ia memberitahu sang pangeran muda, yang sedang berkasih-kasihan dengan Ni Pendapa. Semar berkata: "Tuanku, kakak tuanku kini datang menyusul tuanku. Silakan tuanku keluar ke balai pertemuan untuk menjemputnya."

Raden Sadewa pun hatinya riang. Ia bergegas keluar ruangan. Dengan penuh haru Raden Sadewa menemui Raden Nakula. Setelah melepas rindu, Raden Sudamala pun berkata.

"Silakan kanda masuk saja ke dalam asrama."

"Baiklah dinda. Jalanlah terlebih dulu, aku mengikuti dinda," jawab Raden Nakula.

Setelah masuk ke dalam rumah, mereka duduk di tempat yang terhormat. Saat itulah Raden Sudamala menyembah Raden Sakula.

Raden Sakula berkata: "Tadi saya datang di Setra, untuk menyusul kamu, adikku. Maksudku, seandainya kamu telah mati, aku dapat melihat kuburmu, karena aku akan ikut mati juga. Akhirnya, ada seorang raksesi yang bernama Kalika. Ia memberi petunjuk jalan yang menuju ke sini. Itulah sebabnya aku dapat sampai di sini."

Saat itulah Raden Sudamala (Sadewa) memanggil Ni Soka dan Ni Pandapa. Katanya, "Wahai dinda, datanglah kemari. Sambutlah kakak Sakula ini. Bawalah sirih, hidangkanlah itu segera."

Ni Soka dan Ni Pendapa keduanya datang, dan menyembah pada Raden Sakula dan Raden Sadewa. Setelah itu disusul hidangan dari Sang Pandita, berupa nasi, ulam, brem dan tuak. Dua kakak beradik yang lama berpisah itu bersantap bersama.

Selesai bersantap, maka berkatalah Sang Sadewa: "Wahai, dinda Soka, kehendakku ialah, kamu akan kuberikan pada kakakku Nakula, untuk menjadi suamimu. Sedang aku hanya akan memperistri Ni Padapa."

Ni Soka berkata: "Hamba tak berkeberatan. Hamba tak akan menolak apa yang diperintahkan. Mustahil hamba akan menentangnya."

Raden Sudamala berkata: "Kanda Sakula, Ni Soka hamba serahkan kepada kanda."

Raden Sakula diam dan mikir-mikir. Saat itulah Raden Sudamala berkata lagi: "Kata-kata hamba ini mengandung maksud, agar kita berdua seia-sekata, sama-sama mendapat kurnia, kedua-duanya kawin."

Raden Sakula pun akhirnya pasrah. Ia menjawab : "Sekarang saya menurut saja apa maunya dinda. Kendati niat saya datang kesini hanya ingin jika dinda mati saya juga ikut mati."

Sejak hari itu Ni Soka resmi diambil istri oleh Raden Sakula. Upacara sederhana berlangsung. Dan setelah itu mereka bersama-sama menuju ke balai sebelah timur, untuk saling mengencani istri masing-masing. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar