Humaniora

Ruwatan Sudamala (9) : Nakula Bertemu Raksesi Kalika

Kini diceritakan tentang Raden Sadewa. Perkawinannya berlangsung dengan selamat, bahagia tak ada rintangan suatu apa. Namun saat pagi sudah berganti, dan kembali matahari terbit, maka kita tinggalkan kisah Sang Sudamala. Sekarang diceritakan tentang penderitaan Raden Sakula, yang ketika bangun menangis sesenggukan.

Pagi itu ia berjalan ke pemandian untuk mencuci muka. Setelah itu berjalan tergesa-gesa menuju kerajaan Setra. Cepat jalannya, dan tak diceritakan langkahnya ke negeri para raksasa itu.

Setiba di Setra, ia berjumpa dengan perempuan berwajah seram yang bernama Kalika. Raksesi ini yang menunggu taman bunga.

Ni Kalika berkata: "Selamat datang Raden Sudamala. Alangkah bahagia hamba ini. Tentu Tuan datang lagi itu untuk melepaskan hamba."

Raden Sakula menjawab: "Aku bukan Sudamala. Aku seorang Pandawa, bernama Sakula. Kedatanganku untuk mencari adik kembarku, yaitu Sadewa. Dulu ia disiksa disini. Jika kamu menaruh belas kasihan kepadaku, tunjukkan mana tempatnya. Seandainya ia sudah mati, di mana tempat mayatnya. Aku akan ikut mati menyusul adikku itu."

Ni Kalika berkata perlahan-lahan: "Ah celaka! Kukira Tuan itu Raden Sudamala. Rupa Tuan sama betul, sama-sama bagusnya dan muda belianya. Memang, adik Tuan Raden Sadewa, dulu disiksa. Hyang Batari memintanya agar ia mau melepaskan Hyang Ayu dari derita mala. Ia berhasil melepaskan, maka Hyang Ayu tak lagi murka.”

Ya, seakan-akan ada dewa yang masuk ke dalamnya, lalu sanggup melepaskan. Maka Hyang Dewi menjadi tenteram dan kembali indah perwujudannya. Sang Sadewa mendapat perintah. Ia mendapat anugerah gadis. Dikawinkan oleh Begawan Tambapetra, yang bertempat tinggal di Prangalas, dengan dua orang putrinya, yang cantik molek."

Raden Sakula berkata: "Tapi mengapa ia yang sudah melepaskan banyak orang itu tidak melepaskan kamu juga, sehingga kamu tinggal sendirian di sini?"

Ni Kalika menjawab: "Memang demikianlah kenyataannya. Dosa hamba sangat besar. Suami-suami hamba telah mati olehku, berjumlah tigapuluh lima orang. Mereka semua mengalami nasib yang sama.”

Raden Sakula merasa heran. Dalam hatinya terguncang mendengar pengakuan Kalika. Akhirnya ia berkata: "Apa benar begitu yang sesungguhnya? Jika benar begitu, maka kamu kutinggalkan disini sendirian, Kalika. Aku akan pergi ke pertapaan. Tunjukkan jalan menuju ke sana."

Kalika dengan santun menunjukkan jalan. Ia rela melepas Raden Nakula. Ia juga ikhlas untuk menjalani dharmanya. "Inilah, jalan yang membelok ke kanan itu yang menuju ke Prangalas. Hendaknyalah hati-hati, Tuan."

Maka berangkatlah Raden Sakula. Ia berjalan terburu-buru untuk menuju pertapaan dimana adiknya tinggal. Kerinduan telah membuat satria ini tak mengenal lelah dan capek. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar