Humaniora

Sigiriya : Memasuki Dunia Lain di Negara Sri Lanka

Memasuki Negara Sri Lanka seperti tamasya ke alam purba. Hanya ibukotanya, Colombo yang bermandi cahaya. Yang lain terbanyak adalah bagian masalalu, kendati tetap terawat.

Sigiriya (Batu Singa) adalah salahsatunya. Istana ini tidak layaknya istana. Keraton ini berdiri di atas bukit yang muskil didaki. Tegak berdiri ratusan meter menjulang ke langit, dan sangat curam.

Saat saya memasuki istana yang berada di Distrik Matale, Sri Lanka ini tahun 2001, saya tak yakin punya keberanian untuk mendakinya. Hanya karena ketika saya ‘kesasar’ ke situs ini di Hari Poya (ritus mengunjungi tempat bersejarah), maka saya terseret gelombang orang yang mendakinya.

Melewati tangga besi manual yang berkelok-kelok, badan terasa merinding ketika sudah separuh jalan. Tangga bergoyang ketika ditapaki seperti sedang beradu nyali. Namun dari tangga ini seluruh tekstur bukit yang garang itu terlihat jelas dengan mata telanjang.

Di gigir bukit ini terlihat, bahwa di abad kelima itu ternyata untuk membuat istana yang sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan sudah dilakukan. Di bukit ini diberi jalan bagi yang menuju puncak, tidak terkecuali raja dan keluarganya.

Jalan itu hanya setapak, dan hanya memberi ruang untuk satu orang. Jalan itu adalah cekungan yang dibuat di gigir bukit, dan yang berjalan menuju istana ini harus setengah jongkok.

Membayangkan itu, entah berapa puluh atau ratus orang yang sudah tewas terjatuh. Dia akan melayang dari ketinggian ratusan meter itu untuk menimpa bangunan waduk dan taman yang ada di bawahnya.

Di gigir bukit ini juga penuh lukisan kuno. Ada kalimat-kalimat dalam huruf Sinhala yang tidak bisa saya baca. Konon ini puisi pemujaan, dan pujian terhadap ratusan perempuan yang menjadi permaisuri Raja Kasappa 1 (477-495).

Namun ketika pendakian itu sudah berakhir di puncaknya, maka siapa saja akan takjub. Betapa di atas bukit yang tegak mengangkasa itu ternyata ada istana megah. Istana itu dijaga singa yang berada di gerbangnya.

Untuk memasuki kawasan-kawasan seperti ini di Sri Lanka memang cukup mahal. Jika penduduk asli dikenakan 25 rupee (setara Rp 5 ribu), maka untuk turis asing menjadi USD 25. Djoko Su’ud Sukahar


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar