Humaniora

Ritus Batak Toba (1) : Kentalnya Kebersamaan Hidup

Suku Batak mempunyai keragaman seni. Untuk seni tradisional, tersangkut di dalamnya ritus keagamaan. Dalam tulisan ini, penulis ingin menceritakan pengalaman dan pengenalannya tentang budaya orang Batak-Toba.

Namun karena budaya ini amatlah luas, maka dalam penulisan ini lebih dibatasi pada ritus terkecil tetapi esensial, yaitu doa. Apa isinya dan apa fungsinya dalam ritus?

Lokasi penelitian ini terletak di dua kampung dekat Pangururan, yaitu Harapohan dan Parlondut. Kampung inilah yang menjadi lahan penelitian antropologi dan ilmu tentang budaya. Sebab perkampungan ini tua. Tiap satuan kampung kecil (huta) terdiri atas lima atau enam rumah yang berderet dengan halaman yang cukup luas.

Ini penting, sebab untuk pesta dan rapat kampung. Bekas paritnya kadang-kadang masih nampak. Dulu itu berfungsi untuk keamanan kampung. Masih ada beberapa rumah tradisional, walaupun rumah-rumah modern makin lebih dominan.

Dalam rumah tradisional beberapa keluarga tinggal dalam saru rumah. Sedang dalam rumah modern tiap keluarga mempunyai rumah sendiri. Kesatuan kampung-kapung kecil ini disebut desa, yang penduduknya antara 400-600 orang (15 tahun lalu, red).

Mereka hidup terutama dari pertanian (65%): padi, jagung, sayur-sayuran, kacang, bawang, kopi, dan buah-buahan. Tambahan pendapatan yang lain datang dari menangkap ikan (10%), berdagang (5%), bekerja sebagai pegawai (3%), bertenun (3%), beternak (2%) dan lain-lain (12%). Maka tidak heran kalau mereka pagi-pagi benar sudah pergi ke ladang dan baru sore hari (jam18:30) pulang ke rumah.

Tanah di Pulau Samosir pada umumnya tidak subur. Danau Toba sendiri terletak 900 m di atas permukaan laut. Letak geografis dalam hal ini sangat berpengaruh. Kampung Parlondut dekat dengan jalan raya dan pantai. Selain dari bertani, mereka bisa menangkap ikan dan berdagang.

Sedangkan kampung Harapohan letaknya lebih tinggi (1200 m-1400 m) dan masuk ke dalam. Mereka terutama hidup dari padi, kopi dan sedikit peternakan.

Untuk kebutuhan hidup, mereka membeli garam, pakaian dan kebutuhan rumah tangga lainnya ke pasar Pangururan pada hari Rabu dan Sabtu. Juga pada waktu yang sama mereka menjual hasil pertanian mereka. Kalau hasil pertanian mereka cukup banyak, maka mereka pergi juga ke pasar di seberang danau, yaitu Haranggaol. Dan itu terjadi pada hari Kamis.

Satu hal yang sangat menonjol dalam kehidupan orang Batak-Toba ialah kebersamaan. Mereka akan selalu bilang 'rumah kita', 'anak kita', 'sawah kita' walaupun teman bicaranya tidak ada hubungan famili dengan dia. Berkumpul bersama dan berdiskusi sangat mereka sukai. Bapak-bapak berkumpul di bagian muka kedai dan ibu-ibu di bagian dapur. (dian yuniarni/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar