Industri

Pemerintah Genjot Ekspor Sawit dan Pariwisata

Pemerintah bertekad untuk menekan current account deficit (CAD) dengan mengurangi impor minyak dan menambah ekspor minyak sawit. Ditargetkan pada 2019, neraca pembayaran Indonesia sudah nol.

“Sebenarnya CAD kita sudah bagus di bawah tiga. Tetapi pemerintah akan berusaha menurunkan lebih cepat,” kata Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, pada Rapat Koordinasi Pusat-Daerah (Rakorpusda) Pengembangan Pariwisata dilansir dari Inews.id Jumat (31/8/2018).

Menurutnya, CAD dengan nilai di bawah tiga persen sebenarnya masih aman. Indonesia pada triwulan pertama lalu hanya 2,1 persen. Sedangkan di triwulan kedua 3 persen. Kondisi ini tidak lepas dari dampak perekonomian global. 

“Tidak hanya kurangi impor minyak, juga dorong ekspor minyak kelapa sawit,” katanya.

Selama ini devisa dari kelapa sawit mencapai 7 miliar dolar AS dan bisa ditingkatkan. Sedangkan impor minyak sekitar 2.2 miliar dolar AS akan diturunkan. 

Salah satu sektor yang akan digenjot adalah pada pengembangan pariwisata. Di mana sektor ini memberikan andil yang besar dalam devisa di bawah kelapa sawit dan batubara. 

“Di Thailand CAD mereka tidak lagi defisit. Ternyata mereka mampu mengembangkan pariwisata untuk menarik kunjungan wisatawan mancanegara. Kita akan kembangkan wisata dan menarik MICE internasional ke Indonesia,” ucapnya. 

Sementara itu Menko Perekonomian dan Maritim, Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, Presiden ingin CAD bisa di bawah 2 persen. Namun melihat tren yang positif sangat mungkin CAD Indonesia ada pada angka nol atau malah negatif. 

“Salah satu langkah yang akan dilakukan adalah menekan berbagai hal yang tidak efisien. Salah satunya dengan mengganti solar dengan bio diesel. Ketika harga minyak sawit naik, petani juga yang akan diuntungkan,” Kata Luhut. 

Luhut juga minta kepada Kementerian Pariwisata untuk menggenjot sektor pariwisata. Salah satunya dengan kemudahan askes transportasi, keamanan dan budaya. 

Direct flight atau penerbangan langsung, kerap menjadi salah satu kendala dalam pengembangan pariwisata. 

“Satu-satunya ada Komodo hanya di Labuan Bajo, ini harus dikembangkan. Sedangkan destinasi seperti Borobudur, tanpa sentuhan, turis manca sudah datang. Tinggal bagaimana kemudahan akses untuk datang dan integrasi program pengembangan wisata,” ucap Luhut. *

 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar