Regulasi

KWI : Sawit Punya Peran Besar Bangun Daerah Terpencil

JAKARTA - Pengurus Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menilai sawit punya peran besar dalam membangun daerah terpencil di Indonesia.

Pernyataan itu disampaikan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo dalam diskusi dengan pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Diskusi yang diadakan di Jakarta, Jumat (24/8) KWI diwakili  9 Uskup Agung yang berasal dari berbagai daerah. 

Kegiatan ini dipandu Uskup Agung Samarinda Mgr Yustinus Harjosusanto. Sementara itu, turut mendampingi  Wakil Ketua Umum III GAPKI Susanto antara lain Direktur Eksekutif GAPKI Mukti Sardjono, Ketua GAPKI Cabang Sumatera Selatan Harry Hartanto, Sekretaris III GAPKI Pusat Steaven Halim, Susila Darma Wati dan Eko Tamba dari Sekretariat GAPKI Pusat.

Sebagai industri strategis, kata Mgr Ignatius Suharyo, sawit terbukti mampu  mendorong kesejahteraan masyarakat dan perkembangan daerah terpencil di Indonesia. “Ini harus terus dibangun agar kesejahteraan masyarakat bisa terbangun secara merata di seluruh wilayah Indonesia.

”Dalam kesempatan itu KWI mengharapkan, dalam pengelolaan perkebunan sawit di Indonesia, perusahaan dapat memperhatikan berbagai persoalan penting terutama menyangkut hak ulayat serta fasilitas ibadah. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pentingnya pengelolaan kebun yang berwawasan lingkungan. Pada penutup diskusi Mgr Ignatius Suharyo berkata, “Kami percaya bahwa yang diusahakan demi kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan sosial rakyat Indonesia. Moga-moga segala usaha yang telah dilaksanakan dan rencana-rencana untuk meningkatkan kinerja perusahaan sungguh-sungguh menjadi berkah bagi seluruh rakyat Indonesia. Selamat melayani masyarakat,"ujar Ignatius.

Sementara itu, Susanto mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi berbagai informasi yang disampaikan  KWI mengenai berbagai isu yang berkembang di masyarakat terkait industri sawit. 
Salah satu masukan penting yang disampaikan KWI adalah menyangkut keluhan  masyarakat mengenai harga TBS yang rendah. Hal ini mengakibat masyarakat malas untuk mengelola kebunnya sehingga masyarakat tidak mempunyai penghasilan tetap.

“Kami akan terus menerus dan tidak pernah lelah untuk melakukan berbagai pembenahan dalam industri ini, agar harga TBS bisa membaik dan masyarakat yang mengandalkan hidupnya dari perkebunan sawit bisa sejahtera,"tutupnya(***)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar