PEKANBARU-Tradisi ngopi pagi dilangsungkan pengurus Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Cabang Riau, Sabtu (4 Agustus 2018). Di tengah harga minyak sawit dunia yang belum menentu, maka bersama Universitas Riau dan Sawitplus.co mendiskusikan soal itu.
Diskusi non-formal itu berlangsung begitu saja. Harga minyak sawit dunia yang merosot akibat perang dagang China-Amerika Serikat dan pengenaan tarif masuk tinggi diberlakukan India telah menjadikan seluruh stakeholder sawit kelimpungan.
Penurunan harga yang diakibatkan situasi polititk global itu membuat banyak pihak sulit memprediksi apa yang bakal terjadi. Harga minyak sawit yang terus fluktuatif menyebabkan stok meninggi dan pasar menyempit.
Untuk itu Ketua GAPKI Riau, Saut Sihombing, Pembina GAPKI Wisnu, Sekretaris GAPKI Riau Marianto, serta pengurus yang lain hanya berharap agar program B-20 segera direalisasi. Itu untuk menstabilkan produksi minyak sawit yang menumpuk.
Selain membicarakan persoalan yang aktual itu, GAPKI Riau juga membahas berbagai program untuk ke depan. Organisasi ini mengajak para pakar dari Universitas Riau memperkuat eksistensi kelapa sawit.
Dalam waktu dekat ini Unri akan dilibatkan dalam diskusi saat Mukercab GAPKI Riau yang direncanakan digelar tanggal 24-25 Agustus 2018 yang ditempatkan di Hotel Pangeran.
Selain itu, secara organisatoris, GAPKI akan mendirikan Forum Andalas yang melibatkan enam cabang GAPKI yang ada di Pulau Sumatera. “Ini akan kita langsungkan tanggal 15 Agustus,” kata Sekretaris GAPKI Riau, Marianto. jss