Humaniora

Misteri Anak Gendruwo (10) : Wakijem Berulang Merintih

Namun Wakijem yang sudah tak betah menahan birahinya bereaksi lain. Wanita ini tangannya merangkul ketat tubuh laki-laki itu. Kakinya disilangkan di tubuh laki-laki ini. Ia kelojotan, ingin laki-laki itu secepatnya memberi kepuasan puncak. Kendati, mata wanita ini tetap terpejam.

Saat itulah badan laki-laki ini sedikit beringsut. Tubuhnya setengah bersimpuh. Tangannya meraih dua kaki Wakijem. Kaki itu ditarik ke atas, dan ditempatkan di kiri kanan pundaknya. Tangan laki-laki itu mulai menyusur pinggul Wakijem.

Ia menempatkan tangannya di bawah pinggul wanita itu. Tangan itu kokoh mengangkat. Mengelus-elus dengan mesra. Menata tubuhnya sebentar. Dan saat tubuh vitalnya mulai dipersatukan dengan bagian intim Wakijem, maka rintihan romantis pun menggema. Wakijem menjerit. Suara jeritan itu menggema kemana-mana.

Jeritan itu sulit untuk ditafsirkan. Entah kesakitan, kepuasan, atau keduanya. Hanya, laki-laki itu tetap bersikukuh melakukan aktifitas di daerah itu. Tubuhnya maju mundur. Tangannya bergerak lincah mempermainkan pinggul Wakijem yang disatukan dengan tubuhnya. Dan irama itu terkadang menyerupai gerak gangsing.

Ketika laki-laki itu juga sudah pada puncak gairah, maka gerakan itu kian cepat dan menghunjam. Tangannya menarik tubuh Wakijem dengan keras. Pinggul wanita itu sampai naik ke atas. Derit ranjang bambu menjadi musik pengiring.

Dan saat nafas panjang laki-laki itu dihembuskan, tak cuma Wakijem yang melenguh. Bahkan nyala lampu tempel di ruang yang lain pun menjadi padam. Ruang yang semula remang-remang kembali kelam.

Tubuh Wakijem lunglai. Hanya dalam tempo kurang dari satu jam, wanita ini telah mengalami empat kali klimaks. Tak heran, tubuhnya seperti tersedot oleh sesuatu. Badannya menjadi ringan. Dan perasaannya damai, serta malas untuk bangun. (Djoko Suud Sukahar/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar