Humaniora

Mengenal Somo Bawuk (3) : Lelaki Doyan Kemaluan Perempuan

Mbah Somo telah masuk bui. Dia merasa enjoy-enjoy saja. Tapi di luar penjara mulai berkembang isu-isu tidap sedap. Mbah Somo dikabarkan telah mewariskan ilmu itu ke keluarganya. Juga ke pengikut yang ada di desa, dan yang tersebar di berbagai daerah.

Akibat itu, maka saban orang yang ditanya tentang Mbah Somo berusaha menutup diri. Mereka takut terlibat atau dilibatkan. Itu bisa dipahami, karena zaman itu (Orde Baru), segalanya gampang terjadi. Pemerintah dan aparat di daerah sangat represif.

Yang mencengangkan, nama Mbah Somo pun berganti. Tidak lagi Somo Salidi, tetapi menjadi Somo Bawuk. Somo adalah laki-laki, dan Bawuk adalah kemaluan perempuan. Jika dijabarkan, maka Somo Bawuk itu artinya ‘laki-laki yang doyan kemaluan perempuan’. Nama ini yang kemudian terkenal hingga hari ini, dan juga dianggap sebagai nama sebuah ajaran.

Sebagai ajaran, biarpun belum jelas benar ritusnya, tetapi terlihat, bahwa ajaran ini mengacu pada paham sakralitas yoni (Baca; Sakralitas Yoni, buku karangan Djoko Su’ud Sukahar, Penerbit : Narasi, Jogyakarta), paham ‘memuliakan’ kemaluan perempuan.

Paham ini memposisikan kemaluan perempuan dalam tiga kepentingan mistik. Pertama darah perawan untuk uborampe (syarat) mencari kesaktian dan ilmu panglimunan, kedua lendir kemaluan perempuan saat sedang orgasme, dan ketiga kemaluan (vagina) itu sendiri. Untuk lendir kemaluan sebagai syarat untuk pelet dan menangkal ilmu pelet, sedang vagina dipercaya mampu menangkal ilmu jahat (sikep).

Namun dari sekian banyak literatur dan pengamalan kepercayaan ini tidak satu pun mensyaratkan perolehan darah perawan itu melalui perkosaan dan pembunuhan. Juga tidak pernah ada yang membolehkan penyiksaan, terutama terhadap anak-anak. Sebab hakekatnya, itu ilmu hitam atau ilmu putih, ritusnya adalah baik-baik. Hanya niat di balik itu saja yang kelak melahirkan kebaikan atau kejahatan. (bersambung/Djoko Su’ud Sukahar)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar