Politik

Seks Caligula (46) : Ritus Berdarah Si Raja Barbar

Para elit politik Romawi kini semakin resah. Mereka  merasa sudah kehilangan segalanya. Harga diri. Kebebasan. Dan juga kenikmatan yang selama ini menjadi pegangan pada diri mereka untuk tetap patuh dan mendukung pemerintahan Caligula yang bengis dan barbar. Akibatnya, ketika Caligula sudah tak mampu lagi membuat para elit politik itu merasa aman, mereka pun ingin segera mengakhiri keresahan itu. Caranya, merencanakan kudeta berdarah. Membunuh Caligula. Suatu hari, Caligula yang sudah gila itu kembali ingat pada dewanya. Ia merasa bahwa sukses fiktif yang terjadi pada penyerbuan ke negeri Briton adalah berkat rahmat dewa itu. Maka ia merasa perlu memberikan penghormatan. Ia mengajak keluarga dan rakyatnya untuk melakukan itu. Melakukan pujian dan sesaji bagi Ishes. Sebuah altar digelar. Caligula bersama keluarga memakai pakaian putih bersih. Ia memimpin upacara. Dalam kesempatan itu akan dilakukan upacara khusus, yaitu upacara yang disebutnya pemberkatan darah. Dalam upacara ini akan ada persembahan darah, dengan membunuh seseorang, yang darahnya dipakai sebagai tumbal untuk kemakmuran Romawi. Dengan wajah ceriah Caligula mengepakkan kedua tangannya. Ia berlaku sebagai bagian dari dewa, yang akan memberikan penghormatan untuk leluhurnya. Caesonia membantu Caligula. Permaisuri ini sudah sulit menggunakan akal sehatnya. Ia mendukung Sang Suami yang megalomania itu. Sedang di sisi lain, Longinus dan Chaerea berbisik-bisik. Wajahnya menegang. Dia siap dengan pedang di tangan. Dua pembesar itu sudah tak kuat menahan siksa. Mereka ingin mengakhiri segalanya. Mereka tak ingin nasibnya merana. Nyawanya melayang sia-sia. Dan keluarganya hancur. Suasana nampak lengang. Caligula tak menyangka akan terjadi pemberontakan. Raja yang ngawur itu pun mulai melangkah ke ruang persembahan yang dijaga prajurit berpedang serta Chaerea, Menteri Pertahanan. Saat itulah Caligula melangkah ke ruang ini. Ia setengah berlari, disusul Caesonia dan anaknya yang masih kecil. Caligula berusaha menyibak empat prajurit yang menutup jalur ke altar persembahan. Langkahnya pasti dan sangat percaya diri. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar