Politik

Seks Caligula (44) : Raja Gila itu Semakin Gila

Mendung memayungi kerajaan Romawi. Hari ini perang akan dimulai. Pasukan kerajaan ini berbaris rapi. Pasukan kavaleri dan infanteri bersiaga. Mereka dengan senjata lengkap menunggu aba-aba. Namun perang melawan siapa? Nampak Caligula duduk gagah di singgasana. Singgasana itu bukan di dalam istana, tetapi diwujutkan dalam tandu yang digotong empat prajurit. Hari ini Caligula akan terjun langsung ke medan perang, untuk melawan Kerajaan Briton. Seluruh pasukan sudah menunggu di dekat laut. Caligula datang dan meminta tandunya ditempatkan persis di bibir pantai. Dengan sikap gagah ia menunjuk letak kerajaan Briton yang ada di tengah lautan. Raja ini juga berdiskusi dengan Si Brewok, yang hilir mudik sambil tertawa ngakak, dan selalu mengamini tiap perkataan raja. Para menteri semuanya berdiri tegak di pantai itu. Wajah mereka nampak kosong. Ekspresi ketakutan atau terbakar semangat untuk perang tak terbersit di wajah mereka. Semuanya berwajah ngambang. Dan itu bisa dimaklumi. Sebab langkah yang akan dilakukan Caligula sangatlah tak masuk akal. Hendak menyerang kerajaan di seberang lautan, tetapi kerajaan ini tak punya kapal sungguhan. Yang ada hanyalah kapal-kapalan yang indah, dan hanya bisa digunakan dalam ruang pesta. Ketika semuanya masih tak tahu apa yang akan diperbuat, tiba-tiba Caligula berteriak lantang, memberi aba-aba untuk melakukan penyerbuan. Prajurit yang diteriaki kebingungan. Siapa yang akan diserang, dan bagaimana memulai penyerangan. Sebab memang tak ada lawan. Melihat tak ada prajurit yang bereaksi, Caligula memanggil Chaerea, Menteri Pertahanan. Ia marah-marah. Ia memerintahkan menteri ini untuk melakukan penyerangan. Bicara begitu, tangan Caligula menunjuk semak-semak yang tumbuh di pantai dan menjorok ke laut sebagai lawan. Karena takut, Chaerea pun memberi aba-aba prajuritnya agar melakukan penyerbuan. Saat itulah terjadi keganjilan. Pasukan kavaleri yang berusaha berenang, kudanya banyak bertumbangan karena tak bisa bernafas. Dan prajurit invanteri dengan bersenjata lengkap, mereka telanjang bulat berenang. Perang yang tak jelas lawannya itu sama sekali tak menegangkan, tetapi justru menggelikan. Banyak terjadi kelucuan. Melihat itu, Caligula dan Si Brewok tertawa terbahak-bahak. Ia melihat kelucuan sekaligus membayangkan kehebatan. Tangannya diacung-acungkan ke udara, sebagai tanda bahwa pasukannya baru saja menang perang. Sedang Chaerea dengan muka masam berbisik pada Longinus, bahwa raja benar-benar telah gila dan kerajaan harus secepatnya diselamatkan. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar