PEKANBARU-Semester dua harga Crude Palm Oil (CPO) diprediksi turun. Itu karena terjadi panen raya, kata DR Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Asian Agri pada Sawitplus.com.
Menurutnya, di tahun 2018 ini musim hujan lebih lama, dan kemarau yang biasanya sudah berlangsung sejak bulan Pebruari, namun hingga bulan Mei ini masih saja turun hujan.
Musim hujan panjang yang diasumsikan sebagai La Nina lemah itu memacu produktifitas sawit. Untuk itu diprediksi, pada semester kedua nanti harga CPO akan mengalami penurunan. Supply tinggi dengan demand stagnan atau dengan kenaikan yang tidak berimbang.
Di pasar Malaysia, pada semester pertama tahun 2018 harga CPO mengalami kenaikan. Minyak sawit ini diperdagangkan di kisaran RM 2.600 hingga RM 2.700 per metrik ton (MT) di bursa Malaysia Derivative Exchange.
Harga ini lebih tinggi ketimbang sebelumnya. Pada 30 Januari 2018, harga minyak sawit itu hanya berkutat di harga RM 2.490 per MT. Itu pun masih terbantu oleh produksi yang lemah dan kebijakan Malaysia yang menerapkan kebijakan bebas pajak ekspor.
Namun di semester kedua nanti, kata Fadhil, harga yang bullish (naik) itu tidak mampu bertahan. Akan terjadi bearrish (penurunan) karena naiknya produksi yang cukup signifikan. “Dan itu terjadi di Indonesa maupun Malaysia,” katanya. jss