Politik

CPOPC : Soal Minyak Sawit, Keputusan Iceland Menyesatkan Konsumen

Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) mengecam operator supermarket di Inggris. Itu karena niatnya menghilangkan minyak sawit dari semua produksinya. Ini adalah bentuk ‘penyesatan konsumen’. Seperti diketahui, Iceland Foods Ltd telah mengumumkan, bahwa mereka akan menghapus minyak kelapa sawit dari semua produk mereknya pada akhir tahun. Ini yang membuuat negara-negara penghasil minyak sawit dan pekebun memaksanya untuk menarik kebijakan itu. CPOPC ED Mahendra Siregar  mengatakan, produktivitas kelapa sawit menjadikannya sebagai minyak nabati yang paling berkelanjutan. Dengan begitu, maka tindakan Islandia itu tidak akan membantu memecahkan masalah keberlanjutan. Menurutnya, keputusan Islandia itu akan membutuhkan lahan baru 10 hingga 20 kali lebih besar untuk menggantikan jumlah lahan pertanian sawit yang ada. Dan itu tidak mungkin dalam skala landbank global, apalagi di Eropa. Surat dari dewan minyak sawit yang dipimpin Indonesia dan Malaysia, dua produsen minyak sawit terbesar dunia, ditujukan kepada Islandia MD Richard Walker. "CPOPC menganggap, bahwa klaim yang dibuat terhadap minyak sawit juga menyesatkan konsumen. Pengecer di seluruh Uni Eropa harus mengingat hal itu," kata Mahendra dalam suratnya tertanggal 13 April 2018. Dia mengatakan, tindakan itu dianggap diskriminatif. Sebab mereka hanya menyebut minyak sawit saja, tidak dengan minyak nabati lainnya, seperti rapeseed, bunga matahari dan kedelai, yang juga telah menyebabkan degradasi yang parah, perusakan flora dan fauna, dan kontaminasi dari permukaan air dan lautan, serta emisi karbon dioksida dari penggunaan lahan alternatif. Dalam keterangannya, supermarket ini berencana mengurangi permintaan minyak sawit lebih dari 500 ton setiap tahun. Alasannya, dengan langkah itu maka mereka meyakini akan menghentikan perusakan hutan hujan di Asia Tenggara. Spesialis makanan beku Inggris itu mengatakan, telah menghilangkan minyak sawit dari setengah produknya. Sebelum ini, 130 produk, atau 10%, dari makanan mereknya sendiri yang mengandung minyak sawit. Bos perusahaan itu, Walker mengatakan, jaringan supermarket itu akan tetap menggunakan minyak sawit sampai dijamin tidak menyebabkan penghancuran hutan hujan. “Kami tidak percaya ada jaminan ketersediaan minyak sawit berkelanjutan di pasar massal," katanya. Mahendra mengatakan, CPOPC memahami, bahwa masih ada kemajuan yang harus dibuat dalam perjalanan keberlanjutan. “Namun kita harus ingat, bahwa minyak kelapa sawit telah meningkatkan mata pencaharian petani kecil yang tak terhitung jumlahnya dan pekerja di lebih dari 12 negara secara internasional,” ungkapnya. "Dalam pandangan CPOPC, kebijakan Islandia adalah untuk berkontribusi terhadap reorientasi keseluruhan perdagangan minyak sawit dengan dampak kecil, jika ada, dalam melestarikan permata mahkota planet kita," kata Mahendra.  mpoc/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar