Politik

Seks Caligula (25) : Memperkosa Pengantin Perempuan Livia

Mendengar ucapan Caligula itu, Caesonia tak marah. Malah ia tertawa terbahak-bahak. Ia sudah tahu persis kelakuan Sang Suami yang rakus perempuan. Sedang mimik ambivalen justru diperlihatkan Drussila, Sang Adik. Gadis ini cemberut melihat Caligula mulai membuka pintu kamar pengantin. Di kamar pengantin, Livia dan Protulus berdiri setengah gamang. Ia tak tahu apa yang bakal dilakukan Caligula. Dua tangannya ditakupkan menyilang di perut. Sedang wajahnya memandang lurus ke depan. Kosong. Menunggu sesuatu yang tak ia ketahui bakal menimpanya. Caligula saat ada di kamar pengantin ini, matanya terus menatap wajah ayu Livia. Pandangannya liar dan penuh nafsu. Tertuju pada wajah, payudara, dan bagian bawah gadis ini. Untuk itu Livia tak berani mengangkat wajahnya. Ia terus menunduk. Sebagai wanita, secara naluriah ia tahu makna pandangan itu. Pandangan nakal laki-laki yang diamuk birahi. Protulus juga tahu makna dari pandangan Caligula itu. Ia hanya terdiam. Ia tak bisa berbuat apa-apa. Sebab ia tahu persis bagaimana karakter raja ini. Segala kehendaknya tak ada yang berani menentangnya. Sebab penentangan sama artinya dengan menyulut kemarahan. Dan kemarahan raja bisa menjadi penyebab melayangnya nyawa seseorang. Melihat kedua pengantin itu takut, Caligula langsung mendekati Livia. Dengan tanpa beban laki-laki ini membuka kain penutup payudara gadis ini. Ia pegang, mengangkat, dan meremas-remas payudara gadis ini. Dengan tangannya, raja itu meneliti dan memainkan putingnya. Ia pilin-pilin daerah pusat rangsangan itu. Sebagai gadis yang belum pernah disentuh laki-laki, Livia nampak takut sekaligus terbangkitkan birahinya. Wajahnya memerah. Nafasnya tak beraturan. Dan matanya agak sayu. Namun karena yang melakukan perangsangan itu bukanlah suaminya, ia malu-malu mengekspresikan. Hanya nafas panjang yang tak mampu ia tahan yang sering keluar. Caligula tak perduli itu. Ia terus memainkan tangannya di payudara gadis ini. Malah ketika dirasakan payudara itu kian mengencang, ia pun kian beringas. Ia ciumi itu, dan tangannya mulai merambah perut dan daerah terlarrang. Raja yang kurang ajar itu tak memperdulikan sikap Protulus. Pengantin laki-laki ini, karena malu dan takut, ia menundukkan muka. Ia tak tahan melihat bagian terlarang istrinya dijadikan mainan. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar