Politik

Burung Surga (54) : Ini Siasat Jahat Kiai Sesat

Kiai Nasir dari Tunis itu segera pamit. Dia lalu pergi ke Negara Turki. Karena perilaku yang baik, ia diterima mengabdi di negeri itu. Suatu hari ia menghadap raja dan menyatakan, bahwa di dalam Kitab Nujum yang dia yakini, sudah waktunya Negeri Turki menggempur Negeri Baghdad. Negeri idaman para raja. Sang Raja Turki menyatakan, bahwa dirinya sudah tua dan malas menggelar pasukan. Lebih baik pasrah menerima, dan menikmati yang ia miliki saat ini. Kiai Nasir bisa menerima sikap Raja Turki. Walaupun ia ingin membalsa yang dilakukan ulama Baghdad kepada dirinya beberapa waktu lalu. Kiai Nasir lalu mencari akal yang lebih halus. Ia tahu Sri Noto Turki mempunyai tiga orang putra. Yang paling kecil bernama Halaka, pangeran yang dijagokan Kiai Nasih menggantikan raja. Padahal raja telah memilih putra sulung menjadi putra mahkota dengan gelar Pangeran Pati. Ia dipilih, sebab pribadinya bagus, tidak mau bertindak serong dan tidak mudah dibujuk walaupun dipuji setinggi langit. Memang, Kiai Nasir lebih cocok dengan putra ragil, Raden Halaka. Berbadan tinggi besar dan berbudi agung. Untuk itu Kiai Nasir menyatakan, bahwa yang lebih tepat menggantikan menjadi raja hanyalah Raden Halaka. Raden Halaka lalu menjelaskan bahwa yang disiapkan menjadi raja bukanlah dirinya. Jika mau berjanji taat kepadanya, Kiai Nasir mau menyampaikan usul kepada raja agar Raden Halaka saja yang diangkat menjadi pengganti. Putra ragil pun bersedia. Jika kelak berhasil menjadi raja akan menuruti Kiai Nasir. Kiai Nasir segera menghadap raja. Dia berucap, jika menurut Kitab Nujum yang lebih tepat menjadi raja ialah Raden Halaka. Selain itu, Raden Halaka lebih kuat dan hebat. Berbudi serta akan bisa menggelar jajahan yang luas bagi negeri Turki. Namun Sri Noto Turki menyatakan Kiai Nasir keliru. Raden Halaka itu jika nanti menggantikan dirinya sebagai raja akan tidak mengenal mundur. Noto Turki takut kepada Allah jika nanti penerusnya berbuat tidak adil. Selain itu Raden Halaka memang suka berperang. Menurut Kiai Nasir, tidak ada cacat dalam diri Raden Halaka sebagai perwira yang berbudi dan ditaati prajuritnya. Bahkan di antara ketiga putra Raja Turki tersebut, ia tidak ada memiliki cacat. Sri Noto penguasa kerajaan Turki diminta menguji ketiganya untuk memilih siapa yang paling tepat menggantikan kedudukannya sebagai raja. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar