Politik

Burung Surga (48) : Ini Tiga Perkara Agar Tidak Miskin di Akherat

Semua hendaknya mengerti baik dan buruk. Bedanya siang dan malam. Memahami berbagai bentuk kehidupan. Melihat segala yang indah serta tujuh alam dan tujuh karsa. Ibarat memahami burhan terhadap berbagai pertanda (ayat) dan menjauhi tiga perkara. Pertama, jangan tertarik sesuatu hanya karena indah, karena akan menimbulkan gejolak hati. Kedua, jangan tertarik sesuatu hanya karena enak. Ketiga, jagalah untuk tidak melihat aurat manusia. Dua telinga hendaknya dijaga untuk tidak mendengar segala yang bid'ah seperti disebutkan dalam dalil liannas sami'u lasyarika lil qail yang artinya, orang yang mendengar sesuatu itu berarti berserikat dengan si pengucap. Karena itu hanya mendengarlah kalam dari Yang Maha Suci seperti tertulis dalam Al-Qur’an dan sabda nabinya. Perintah yang wajib harus dipenuhi dan perbanyaklah mulut untuk memuji dan membaca zikir serta membaca Al-Qur’an. Hindarilah bertindak musyrik jangan mengumpat dan bertindak semborono karena akan berbuah penderitaan. Jangan pula membicarakan aibnya orang lain, karena itu seperti memakan daging saudaranya sendiri dan akan menghapus semua amal selain dibebani dosa orang yang dirasani. Dua tangan hendaknya tidak dipakai mencuri atau memukul sesama anak Adam. Dua kaki hendaknya jangan dipakai menempuh perjalanan yang maksiat. Manusia diberi dua tangan dan dua kaki agar bisa bekerja, rukuk, sujud salat dan thowaf, membantu bagi kebaikan. Sayangnya mata seringkali dipakai memperhatikan kartu judi dan melihat barang haram bermain judi dan minum arak seperti pekerjaan setan. Mulut nanti di kunci pada hari qiamat mengingatkan pada perkara yang tak patut diucapkan oleh mulut yang biasa dipakai membicarakan hal-hal buruk dan permusuhan. Tangan dipakai memukuli anak Adam dan kaki dipakai pergi mencuri. Walaupun mencapai kekayaan dunia, tetapi melarat akhirat. Orang yang memperoleh nikmat dunia pada akhirnya pada merugi di akhirat. Itu karena jika salah bagaikan senjata makan tuan. Bayan kemudian berkata pada nyonya Zaenab agar segera menemui pangeran satria muda bagus rupa, karena ceritanya sudah selesai. Ketika keluar halaman, Zaenab tahu hari sudah mulai pagi. Tepatnya jam lima dini hari. Tak lama kemudian para saudagar dan para mbok bakul sudah mulai ramai berangkat ke pasar. China-china pun sudah mulai membuka tokonya. Warna semburat merah dari ufuk timur mulai menerangi alam. Dan bumi bagaikan bangun dari tidur. Merasa malu Zaenab lalu segera masuk kembali ke rumah dan menjatuhkan diri di kamar tidurnya. Berhari-hari sang ayu Zaenab tidak bisa tidur, makan-minum tidak enak. Selama itu sang ayu tidak keluar rumah, terus menutup diri ketiduran dalam kamarnya. Hati gundah, gelisah dan bingung. Pikirannya kalut antara rindu dan benci, antara menuruti gerak nafsu dan akal sehat. Dalam hati terngiang-ngiang terus berbagai kisah yang telah diceritakan si Bayan. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar