Hati Zaenab terus gundah. Ia terpana asmara, tapi selalu terganggu dengan cerita menawan sang Bayan. Wanita ayu ini tidak bernafsu makan. Ia punya kegemaran baru yang tidak baik, yaitu sering meminum minuman keras. Akibatnya, tubuhnya semakin kurus, mukanya kuyuh, dan tindakannya semakin kasar. Tapi dasar ayu, biar hidupnya kacau, dia tetap saja ayu.
Sore itu, sesudah mandi ia segera berdandan seperti hari-hari sebelumnya. Cunduk penyu bertengger di rambutnya yang dihias intan permata. Selendang motif segara geni, nyampingnya macan kober, kemben limar ketanggi, bajunya maja mentah. Ditambah semerbak parfum impor dari Amerika, membuat setiap orang yang berpapasan dengannya dijamin bakal terkesiap.
Setelah berdandan rapi, Zaenab pun keluar rumah. Tapi sebelum itu, ia tidak lupa berpamitan pada si burung Bayan. "Jika sang pangeran nanti marah, saya akan menunggu saja di kantor," kata sang ayu Zaenab kepada si Bayan.
Bilang begitu, Bayan menyahut, "adakah kemarin belum jadi ketemu dengan sang menteri. Dan apakah tidak malu kalau terus-terusan bertandang ke rumah seorang jejaka?"
Ditanya begitu Zaenab menjelaskan, kemarin ia gagal bertemu karena bangun kesiangan.
Bayan lalu berkata dengan arif kepada tuannya. "Wahai nyonya, apa yang nyonya Zaenab alami itu karena tidak mau mendengar nasehatku. Tapi maklum, karena aku ini hanyalah seekor burung kecil, burung Bayan, maka nasehatnya tak digubris. Kendati Nabi Sulaiman yang raja besar saja, dulu mau mendengar nasehat seekor hewan kecil."
Mendengar nabi Sulaiman disebut, Zaenab pun kembali tertarik. Ia meminta Bayan menceritakan kisah Nabi Sulaiman yang memenuhi nasehat semut.
Si Bayan tak menampik. Tapi ia meminta, jika nanti Zaenab bangun kesiangan lagi, ia tidak disalahkan. Zaenab menyanggupi, dan Bayan mulai menceritakan kisah Nabi Sulaiman.
Nabi Sulaiman itu Raja yang memiliki kekuasaan dari negeri di seluruh kawasan Timur & Barat, berkuasa di laut dan daratan. Suatu hari sang raja melakukan perjalanan, yang diikuti seluruh pejabat dan para raja yang berada di bawah kekuasaannya.
Pada saat istirahat, sang Prabu duduk di atas tanah yang agak tinggi, dan disuguhi air hidup oleh raja jin lautan. Nabi Sulaiman berkata, "wahai jin, kamu telah menyuguhkan air hidup, sesungguhnya apa gunanya air hidup itu?"
"Air hidup itu jika diminum akan membuat seseorang bisa kena sakit tetapi bebas kematian. Bisa memberi perintah di darat dan di laut, karena itu tidak ada raja lain yang bisa melebihi," jawab raja jin.
Sang Prabu Sulaiman berterima kasih atas hadiah dari raja jin itu. Tetapi sebelum air itu diterima, ia terlebih dahulu akan meminta pendapat kepada para pembesar dan rakyat, yang waktu itu sama-sama memegang gelas dan cangkir berisi air hidup.
Nabi Sulaiman meminta supaya semuanya menyampaikan pendapat secara terus terang tentang permintaan raja jin agar ia minum air hidup, yang jika diminum akan bebas dari kematian walaupun bisa dikenai sakit.
Para yang hadir hampir serentak menyampaikan pendapat. Katanya, semua penguasa di darat dan lautan setuju dan senang jika sang Prabu Yang Agung meminum air hidup itu. Namun saat itu Nabi Sulaiman melihat, Raja Gajah tampak diam dan menundukkan kepalanya.
Melihat itu, Raja Sulaiman meminta Gajah menyampaikan pendapatnya. Ia ingin Gajah bicara secara terus-terang dan tidak takut. Ratu Gajah lalu menyembah dan berkata, bahwa ia merasa bingung. Sebagai hewan rendahan yang menyerahkan mati hidupnya pada sang raja, ia takut pendapatnya keliru. Namun menurutnya, sang Nabi perlu meminta pendapat ratu Kancil yang banyak akal. Sifatnya lemah lembut dan mampu mengurai persoalan yang rumit. (jss/bersambung)