Dari Gajah Mungkur, hamparan tanah gersang dan batu-batuan berserakan diselimuti kabut tipis benar-benar terlihat angker. Setiap pendaki yang takut masuk Pasar Setan di malam hari, mereka menunggu terbit fajar.
''Begitu matahari terbit (pemandangan yang tak pernah dilupakan oleh setiap pendaki) mereka berani turun ke Pasar Setan,'' jelas Sumarno.
Hampir seluruh penduduk di Kecamatan Selo mengakui kebenaran adanya Pasar Setan. Itu bisa dibuktikan. Jika ditanya soal Pasar Setan, mereka langsung merespons. Antusias. Bercerita panjang lebar tentang pengalaman masing-masing. Pasar Setan itu bisa dilihat melalui mimpi, kata mereka.
Tertarik dengan cerita yang berkembang , maka dipandu Sumarno, juru kunci, kami memasuki alam gaib itu.
Sampai di lokasi Pasar Setan, yang lokasinya mendekati puncak Gunung Merapi, tepat pukul 03.00 WIB. Sekitar satu jam, antara pukul 03.30 sampai 04.30 berusaha tidur. Itu sesuai anjuran Sumarno.
Udara sangat dingin. Ini membuat susah masuk ke alam mimpi. Selama setengah jam melindungi tubuh. Membolak-balik selimut. Kabut tipis bercampur bau belerang menari-nari membentur badan. Agar tak terasa dingin, isi ransel (kompor gas, sepatu pasir, sandal gunung, beberapa pakaian cadangan, makanan ringan, beras dan kamera) dikeluarkan.
Gantinya, kepala dan tangan dimasukkan ransel. Minta bantuan juru kunci untuk mengikat. Tak terasa tiba-tiba hilang kesadaran. Tinggalkan alam nyata masuk alam maya. Tampak pasar.
Ya, pasar. Mirip pasar Gembong di Surabaya, atau Pasar Klewer di Solo dan sedikit lebih ramai dari Malioboro di Yogyakarta. Suasananya benar-benar dipenuhi manusia. Tapi anehnya, manusia-manusia dalam mimpi itu tidak satu pun ada yang bicara. Semuanya membisu. Tidak berkata-kata. Wajah mereka nampak sangar. Menunduk tak memperlihatkan wajah.
Kejadian itu menurut saya hanya terjadi dalam sekejap. Sekitar 5 menit tidak lebih dari itu. Tapi setelah bangun, waktu menunjukkan pukul 04.30 WIB. Ada perbedaan waktu yang sangat panjang, antara pengalaman dalam mimpi dengan alam yang sebenarnya. Benarkah itu yang disebut Pasar Setan?
''Ya, itulah Pasar Setan. Kalau tidak percaya tanyakan pada seluruh penduduk. Semua penduduk pernah mengalami seperti yang sampeyan alami,'' kata Sumarno meyakinkan. (bersambung)