Politik

Sawit Dilarang, Malaysia Minta Dukungan Inggris Untuk Lawan Uni Eropa

KUALA LUMPUR - Malaysia mencari dukungan Inggris untuk membatalkan larangan minyak sawit masuk negara-negara Eropa yang akan dilakukan Uni Eropa (UE). The Telegraph melaporkan, bahwa pejabat senior Malaysia terbang ke London untuk mengingatkan Pemerintah Inggris mengenai hubungan dagang antara kedua negara. Dan jika larangan UE itu benar diberlakukan, maka ada isyarat untuk memberi  sanksi. Menteri Perkebunan dan Komoditas Datuk Seri Mah Siew Keong mengatakan, bahwa sawit itu seperti ‘tanaman apartheid’ yang dibedakan dengan tanaman yang lain. Untuk menghapus diskriminasi itu,  Mah ingin Inggris memberi dukungan. “Itu karena hubungan historis dan hubungan baik yang erat dengan negara-negara Persemakmuran," katanya. "Inggris selalu menjadi pendukung perdagangan yang adil dan bebas. Jadi saya ingin dukungan pemerintah Inggris, karena saya belum pernah mendengar apapun dari mereka mengenai masalah ini," kata Mah kepada The Telegraph. "Kami yakin Inggris akan membantu masalah kelapa sawit ini. Dan kami akan sangat menghargai jika Inggris membantu." "Kami ingin memiliki kesepakatan perdagangan bebas. Saya yakin kesepakatan Inggris-Malaysia akan sangat bermanfaat bagi kedua negara. Sebab ini akan membantu Inggris untuk mengimpor lebih banyak produk, lebih banyak produk minyak kelapa sawit, dan saya pikir ini akan baik untuk kedua negara," tambahanya. Minyak sawit merupakan salah satu produk ekspor terbesar Malaysia. Tapi rancangan yang disetujui Parlemen Eropa awal tahun ini bakal melumpuhkan ekonomi Malaysia. Sebab UE melarang sawit digunakan sebagai biofuel di negara anggota UE. Untuk melawan larangan itu, Malaysia akan menempatkan Inggris di garis bidik itu. Sebab Pemerintah Inggris terikat oleh undang-undang Uni Eropa selama masa transisi. Mah juga telah memperingatkan UE, bahwa Malaysia tidak memiliki pilihan selain melakukan pembalasan terhadap negara anggota UE, jika larangan 2021 itu diberlakukan. Dan kalau Inggris setuju untuk mendukung Malaysia, maka ‘pembalasan’ dengan memberi sanksi itu juga akan dilakukan Inggris. "Tapi kami berharap tidak akan sampai pada hal itu," tambahnya. "Kami berharap akal sehat akan menang. Tapi jika ada situasi di mana minyak kelapa sawit tidak diizinkan masuk, jika kita harus berhenti menjual, saya rasa adil, bahwa kita harus melakukan pembalasan. " Investasi Malaysia di Inggris telah mencapai rekor, tumbuh sebesar 200 persen dari 2011-2016. ass/jss


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar