Politik

Seks Caligula (2) : Macro Memuasi Si Cantik Ennia

Kisah ini bermula saat Caligula masih menjadi pangeran. Ia hidup di kerajaan Romawi yang diperintah Tiberius, kakeknya. Sang Kakek sangat otoriter dan keji. Selalu curiga dengan siapa saja, termasuk dengan anak dan cucu-cucunya. Itu pula yang menjadikan ayah dan ibu Caligula mati terbunuh. Caligula punya teman bernama Macro. Laki-laki itu berperawakan besar, ganteng dan punya loyalitas tinggi. Dialah yang selalu melindungi Caligula dari berbagai ancaman. Baik dari keluarga sendiri maupun dari luar istana. Suatu hari, Macro berkenalan dengan gadis cantik yang bernama Ennia. Ia merupakan dara yang menonjol karena wajah dan pergaulannya. Macro terpana asmara. Ia tertarik gadis ini, dan selalu mencari kesempatan agar bisa berdekatan. Nampaknya, Macro tak bertepuk sebelah tangan. Ennia yang tubuhnya selalu dibalut kain tipis tanpa penutup itu juga menyambut cinta laki-laki yang menjadi pengawal istana itu. Mereka pun bercinta. Di sudut benteng yang tersembunyi, Macro mulai meluapkan nafsunya. Ia merangkul gadis itu, melepas kain tipis yang dikenakan, dan laki-laki yang berpengalaman ini mulai memberi pelajaran bermain cinta. Ketika gadis itu nafasnya mulai megap-megap karena birahi, mulut Macro pun berpindah. Ia mengalihkan ciumannya pada kaki, betis, dan paha gadis ini. Lidah laki-laki itu begitu lincah. Dengan halus ia ciumi dan jilati kaki mulus gadis ini. Ennia hanya bisa merintih. Ia kegelian. Geli yang mengebor sukma. Macro tak berhenti disitu. Ketika birahi pacarnya mulai terbangun, ia meneruskan rangsangannya lebih ke atas. Dengan mulut dan tangan, ia mengubak daerah vital gadis ini. Macro amat profesional. Ia pelan menindih gadis ini. Dengan membisikkan kata-kata cinta di telinga Ennia, Macro pun mulai melakukan tugasnya sebagai laki-laki. Ennia merintih. Ia terangsang hebat. Gadis yang belum begitu berpengalaman itu seperti cacing kepanasan. Tubuhnya menggeliat, mulutnya menceracau tak jelas, dan tangannya merangkul ketat ke tubuh Macro yang kekar. Gadis itu dengan agak malu-malu melenguh. Ia merasakan tubuhnya seperti melayang di awang-awang. Tubuh Macro mulai bergerak nakal. Bergoyang mengikuti irama gelombang. Ennia merintih, menegang, kemudian terkapar. Keduanya telanjang berangkulan di sudut benteng. (jss/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar