Politik

Seks Caligula (1) : Ini Kerajaan Cabul di Romawi Kuno

Caligula memerintah kerajaan Romawi hanya singkat, dari tahun 37-41 Masehi. Namun begitu, kaisar ini amat terkenal. Sebab raja ini merupakan sosok yang bengis dan keji. Suka membunuh dan main seks. Tiap pengantin baru harus diperawani Sang Kaisar. Pengantin laki-lakinya disodomi. Malah adik perempuannya sendiri juga dijadikan budak nafsu. Di tahun 80-an kisahnya pernah ditampilkan di New York, dan publik negara demokratis itu gempar. Sebab semua pemainnya telanjang bulat. Mereka melakukan adegan seks gila-gilaan. Dari oral seks, heteroseks, anal seks, sampai yang dikenal sebagai bestiality. Mencari kepuasan melalui penyiksaan alat vital. Memang ada masa seks dipuja dan dijadikan simbol kekuatan. Dalam catatan sejarah, kisah seperti itu salahsatunya terjadi di kerajaan Romawi kuno. Lingga dan yoni dijadikan sarana pemujaan. Dan dari penyatuan kemaluan laki-perempuan itu dipercaya mendatangkan kekuatan. Seks sebagai sumber energi. Kerajaan Romawi kuno memang melakukan ritual penyembahan seperti itu. Akibatnya, raja yang dipercaya sebagai keturunan dewa, dikelilingi gadis-gadis muda yang cantik jelita. Mereka harus melayani kebutuhan seksnya yang tinggi. Dan para gadis itu wajib mendalami berbagai gaya bercinta untuk memuaskan Sang Raja. Tak cuma itu. Istana sebagai pusat titah juga diberi simbol-simbol lingga (kemaluan laki-laki) dan yoni (kemaluan perempuan). Tujuannya agar memberi vibrasi kekuatan bagi penghuni istana, yaitu para raja dan keluarganya, serta para menteri yang menjalankan titah raja. Untuk itu, segala sudut istana dikerumuni para dayang bugil yang siap memberi servis raja. Dan yang mengerikan, tiap ruang dipajang aktifitas seksual. Dari wanita yang melakukan masturbasi dengan kayu yang dibentuk lingga, dari laki-laki yang melakukan onani untuk diambil dan ditampung spermanya, sampai pembunuhan keji dengan menancapkan kayu di kemaluan wanita atau payudaranya, atau laki-laki yang dirusak penisnya. Pemandangan yang membangkitkan birahi sekaligus kengerian itu kian menjadi-jadi, tatkala kerajaan ini diperintah Caligula. Kaisar ini penderita psikopat. Ia bengis dan kejam. Ia juga hiperseks yang ngawur. Betapa tidak. Adiknya sendiri disetubuhi. Ia senggamai istri temannya. Ia perawani tiap gadis yang mau dikawinkan. Dan ia gelar pesta seks saban pekan. Saat itulah kaum homoseks dan lesbian pestapora. Mereka melakukan persetubuhan massal bersama para heteroseks di kerajaan ini. Puncaknya, ketika para petinggi kerajaan ini terus menggelar pesta, kerajaan pun mengalami devisit keuangan. Apa solusi raja untuk menutupi operasional kerajaan? Itu yang mengejutkan ! Istri dan putri para menteri serta senat dilelang. Wanita itu dijual bebas. Hanya dengan lima keping emas, putri dan istri pejabat terhormat itu bebas diapakan saja. Digagahi secara heteroseks, disodomi, atau disuruh melakukan oral seks dan masturbasi. Kebijakan yang gila-gilaan ini berakhir tragis. Harga diri para pejabat tinggi itu merasa diinjak-injak. Mereka akhirnya bersekongkol untuk membunuh Caligula. Dalam satu kesemptana, secara bengis para pejabat yang telah kehilangan harga diri itu membantai Caligula, istri, serta anaknya yang masih kecil. Ini kisah tentang kerajaan yang kacau-kacau itu. (Djoko Su’ud Sukahar/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar