PEKANBARU-Negara Gajah Putih (Thailand) bergabung menolak keputusan eksekutif Uni Eropa (UE) yang menghalangi minyak sawit masuk UE. Sebagai negara penghasil sawit ketiga setelah Indonesia dan Malaysia, langkah itu mendapat apresiasi Indonesia dan Malaysia.
Menurut Mah, Thailand mengikuti jejak Malaysia dan Indonesia yang menanggapi resolusi parlemen Uni Eropa dengan tegas. Kesepakatan negara-negara produsen minyak sawit itu jelas, yaitu memerangi penindasan yang dilakukan oleh Negara Uni Eropa..
Negara Thailand tidak sendiri menghadapi penolakan UE dalam larangan kelapa sawit. Negara Thailand juga mengerahkan upaya kampanye melawan resolusi UE agar mendapat dukungan kuat dari negara-negara penghasil sawit lainnya.
Dalam pertemuan itu, Mah menggambarkan pernyataannya bersama Menteri Luar Negeri ASEAN sebagai bentuk persatuan antar parlemen negara.
Pertemuan tertutup itu juga diikuti jajaran eksekutif tingkat tinggi dan beberapa kementerian tertinggi. Ini membahas isu-isu yang berkaitan dengan industri kelapa sawit berkelanjutan.
Pernyataan sikap ini menarik perhatian Presiden Uni Eropa (UE) Donald Tusk. Sebab dalam pernyataan ini para Kepala Negara Asean mengeluarkan pernyataan bersama untuk mendukung pengembangan industri kelapa sawit berkelanjutan.
“Dan Thailand yang merupakan penghasil minyak sawit terbesar ketiga, dengan perkiraan produksi hampir 2,5 juta ton pada tahun 2017 lalu, ikut dalam perlawanan ini,” ujar Mah. emilly/mpoc