Politik

Vagina Putroe Neng Beracun (2) : Susuk Berbisa Itu Ditanam Saat Kecil

Seiring berjalannya waktu, semakin banyak pria yang mabuk oleh kecantikan yang dimiliki Putroe Neng. Telah 99 pria menjadi korban. Mereka menemui ajal, meregang nyawa di atas tubuh wanita ini. Seluruh pria yang telah menikahinya bernasib sama seperti Meurah Johan suami pertamanya. Tubuhnya mengeluarkan darah, kejang, kaku,  dan membiru setelah selesai berhubungan badan. Terakhir adalah seorang tabib yang menjadi suami Putroe Neng. Niat tabib ini ingin mengobati Putroe Neng. Tapi tabib ini juga mengalami hal yang sama. Dia adalah korban yang ke-99. Melihat kondisi yang sudah merusak tatanan kehidupan masyarakat, seorang ulama bernama Syeh Abdullah Kan’an yang dikenal sebagai Teungku Lampeuneuen atau lebih sering dipanggil dengan Teungku Syiah Hudam, merasa terpanggil untuk menyudahi seluruh kematian yang tidak wajar itu. Timbul rasa kekuatirannya akan fitnah dan kemusrikan yang sudah merebak di masyarakat. Dia berniat mengawini  Putroe Neng sebagai istrinya. Mendengar niat itu, banyak murid atau santri  Teungku Syiah Hudam yang tidak setuju. Mereka takut kalau gurunya bernasib sama, akan menjadi korban yang ke-100 dari Putroe Neng. Tapi Teungku Syiah Hudam tetap pada niatnya. Dia melakukan Ba Ranuep (bawa sirih) pada Putroe Neng. Ini merupakan prosesi untuk melamar. Saat dilamar, Putroe Neng sudah menampakkan penolakan secara halus. Alasannya, dia tidak menginginkan jatuh korban lagi. Buat Putroe Neng, 99 pria yang menemui kematian tragis sudahlah cukup. Saat itulah Putroe Neng baru sadar tentang sesuatu. Dia teringat sewaktu di kampung halamannya di Tiongkok dulu. Kala itu dalam tubuhnya telah dipasang sejenis bisa atau racun  mematikan  oleh neneknya yang bernama  Khie Nai-Nai. Pemasangan ‘susuk’ itu dilakukan saat  usia Putroe Neng baru tujuh tahun. Racun itu ditanamkan dalam kemaluannya. Sang putri berusaha keras mengingat peristiwa itu. Kala itu ia mandi di sungai bersama saudaranya yang lain, ditemani oleh neneknya. Sebagai cucu kesayangan, sang nenek hari itu tidak berlaku seperti biasanya. Terasa neneknya meraba tubuhnya dengan lembut dan memasukkan sesuatu yang membuat Ang Khi, panggilan kesayangannya di masa kecil sempat menangis. Sang nenek menghiburnya, dan mensugesti dirinya, bahwa  sakit sedikit, tapi nanti cucu nenek akan menjadi orang besar. Mungkin saja sang nenek memiliki alasan tertentu menanamkan ‘susuk beracun’ dalam vagina cucunya itu. Dia  khawatir cucunya akan menjadi korban keganasan perang dan bentuk kekerasan lainnya yang sering terjadi di zaman itu. Arie Abieta/Bersambung


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar