Politik

Siluman Ular Tanah Batak (2) : Dilamar Raja Sakti Berwajah Tampan

Suatu hari, hari yang ditunggu-tunggu sang raja tiba. Seorang pelamar sakti datang bersama rombongan. Iring-iringan itu pembawa barang bawaan  termasuk satu bakul emas murni. Mereka berjalan tidak menginjak tanah. Dan pisau tajam yang menjadi jalan masuk tidak ada artinya bagi mereka. Sang raja kagum akan kesaktian calon menantunya yang juga sangat rupawan dan gagah perkasa itu. Sang raja bersuka cita. Mengumumkan kepada seluruh raja-raja lainnya  akan segera digelar pesta meriah. Dengan gendang dan tari selama tujuh hari tujuh malam lamanya. Dan hari itu pesta pun dilakukan. Kejadian ini membuat hati putra raja yang lain menjadi iri. Mereka tidak suka. Malah banyak yang mengeluarkan sumpah serapah. Tapi itu tidak menghalangi jalannya pesta. Pesta berjalan meriah, para pengawal sakti dari  pihak menantu berjaga dengan ketatnya. Tujuh hari berlalu dengan cepatnya menantu bersama rombongan pamit untuk pulang ke negeri mereka. Rombongan pun dilepas dengan perasaan sedih karena harus berpisah dengan putri  satu-satunya. Hari pelepasan telah berlalu, bulan pun berganti. Suatu hari raja Hutabarat kedatangan anak menantu bersama seorang cucu mereka. Hati sang raja sangat senang. Ia menggendong cucunya penuh kasih seperti tidak mau dilepaskan. Namun kunjungan harus berakhir dan ketiga anak beranak ini pulang kembali menuju negerinya. Hati raja Hutabarat bersama istrinya kembali dipenuhi kesedihan. Mereka merasa tidak sanggup untuk berpisah. Pada tahun kedua perkawinannya, putri yang cantik ini kembali muncul di negeri Hutabarat bersama suaminya dan  dua orang anaknya. Mereka datang minta doa berkah dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya bersuka cita. Apalagi menantunya  membawa banyak hadiah berupa perhiasan emas. Ibunda boru Tumandi minta sesekali ikut bertandang ke rumah menantunya. Namun dengan berbagai alasan sang menantu itu melakukan penolakan. Ini membuat  sang  mertua gagal untuk turut serta. Tahun ke empat boru Tumandi datang lagi membawa anak yang sudah menjadi tiga orang . Mereka datang berlima. Mereka semua bersuka cita dan mengadakan pesta yang meriah. Pakaian yang indah-indah dibelikan. Kerabat dan para raja negeri tetangga turut diundang. Tiba saatnya si Boru Tumandi bersama suami dan tiga anaknya pamit pulang. Berat rasanya untuk berpisah. Namun karena menantunya juga seorang raja di negerinya, maka itu dia tidak bisa dicegah. Ibunda siboru Tumandi tidak tinggal diam. Kembali ibu ini memohon kepada menantunya untuk turut serta menuju negeri di mana putrinya tinggal. Alasan kembali dikeluarkan seperti banyaknya binatang buas. Ular dan hutan lebat yang seram menakutkan sulit ditempuh manusia. Juga banyak mahluk halus yang mengganggu sepanjang perjalanan. Banyak lagi alasan yang dibuat-buat supaya si ibu tidak mereka pulang ke negerinya. (jss/irsa/bersambung)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar