Nusantara

Mahasiswa Peserta Lomba Riset Sawit Kunjungi PT KTU Anak Perusahaan PT Astra Agro Lestari

SIAK - Setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap soal industri sawit melalui Workshop Pengenalan Industri Sawit. Mahasiswa peserta Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa 2024, mengunjungi perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Kimia Tirta Utama (KTU) anak perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk. Desa Pangkalan Pisang, Kecamatan Koto Gasib, Kabupaten Siak, Riau, akhir pekan kemarin seperti dilansir majalah hortus.

Arfie Thahar, Kepala Divisi Program Pelayanan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit  (BPDPKS)  mengatakan, pihaknya sengaja membawa mahasiswa peserta lomba riset sawit 2024 sebanyak 116 orang (40 tim peneliti dari 27 Perguruan Tinggi), untuk mengunjungi kebun dan pabrik sawit. Sebagai rangkaian kegiatan pembekalan peserta sebelum melaksanakan riset sawit.

“Kegiatan ini rutin dilaksanakan BPDPKS, para peserta (lomba riset) sebelum melakukan penelitian diajak untuk mengunjungi kebun dan pabrik. Agar dapat melihat secara langsung industri sawit,” katanya, saat membuka acara kunjungan

“Pada kegiatan (Field Trip), para peserta diperlihatkan dan mendapatkan informasi tambahan untuk bekal riset. Proses bisnis baik di kebun dan pabrik dijelaskan agar peserta lebih memahami proses bisnis di industri sawit,” imbuh Arfie.

Diketahui, pada tahun-tahun sebelumnya para peserta lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa yang diadakan BPDPKS rutin setiap tahun, melakukan kunjungan kebun dan pabrik, di lokasi yang berbeda. Kali ini, kunjungan dilakukan ke perusahaan perkebunan ternama, PT Kimia Tirta Utama anak usaha PTt Astra Agro Lestari.

“Kunjungi sebagai rangkaian pembekalan peserta sebelum melakukan penelitian,” kata Arfie.

Ungkapan terima kasih atas kunjungan para peserta lomba riset sawit level mahasiswa disampaikan Administratur PT Kimia Tirta Utama (KTU), Teddy Yohendra Siregar.

Pihaknya merasa bangga, perusahaannya menjadi tempat kunjungan para peserta lomba riset sawit yang dilakukan mahasiswa.

“Terima kasih karena sudah dipilih secara terhormat oleh BPDPKS untuk menjadi tuan rumah (kunjungan) dalam acara lomba riset sawit tingkat mahasiswa. Kami mengucapkan selamat mengikuti kepada para peserta (mahasiswa) semoga sukses dalam melakukan penelitiannya hingga selesai dengan hasil baik, dalam mendukung industri sawit,” ucapnya, saat menyampaikan sambutan.

Dari kunjungan kebun dan pabrik PT KTU, para peserta mendapatkan penjelasan yang cukup komprehensif. Mulai dari proses kerja di kebun, kunjungan ke laboratorium kimia, hingga kunjungan ke pabrik.

Executive Vice President of Sustainability at PT. Astra Agro Lestari, Tbk. Dan juga Ketua Bidang Sustainability Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Bandung Sahari dengan sabar memberikan penjelasan terhadap para mahasiswa.

Berbagai pertanyaan yang kritis pun muncul muncul,“Taman sawit itu kan monokultur, Pak. Kata orang-orang, tanaman lain tidak bisa hidup berdampingan dengan sawit?. Sawit katanya juga tanaman rakus dan boros air ya, Pak?” tanya siswa lainnya.

Beberapa pertanyaan lain juga mengalir dari para siswa ketika sesi diskusi interaktif di kebun sawit Astra tersebut dibuka.

“Begini ya. Soal tanaman sawit monokultur, coba lihat kebun ini. Terlihat ada tanaman lain kan?” kata Bandung dengan nada tanya.

“Kalau bicara monokultur, apakah tanaman padi itu bukan monokultur? Apakah jagung, kacang kedelai, atau bunga matahari bukan monokultur? Yuk, coba kita ingat-ingat,” kata Bandung.

“Lagi pula, sekadar informasi, tanaman lain, misalnya jagung, bisa ditanam di kebun sawit, di sela-sela tanaman sawit. Istilahnya tumpangsari. Dan itu bisa dilakukan saat sawit di usia tanam maksimal 3 atau 4 tahun, karena saat itu tanaman sawit belum terlalu tinggi besar,” kata Bandung.

Ia lalu membandingkan dengan tanaman komoditas lainnya. Kata dia, tanaman padi, kedelai kacang, atau lainnya tak bisa berkongsi lahan atau dilakukan tumpangsari.

Terkait isu sawit rakus dan boros air, Bandung membantahnya. Kata dia, sudah ada penelitian yang jelas-jelas menunjukkan sawit tidak rakus atau boros air.

“Yuk coba bandingkan dengan padi yang bahkan mesti dibangun irigasi air di sekitar sawit,” kata dia.

Selanjutnya Bandung Sahari mengajak para pelajar dan mahasiswa peserta Lomba Riset Sawit untuk memikirkan dengan jernih semua komoditas itu dan implikasinya terhadap pengelolaan tanah.

“Lihat kebun sawit ini atau kebun sawit lainnya. Cukup sekali tanam, enggak perlu lagi tanah ini dicangkuli, dikorek-korek,” kata dia.

Coba bandingkan, misalnya kedelai dengan, beberapa bulan ditanam, panen, lalu tanahmya harus dicangkuli lagi, harus dikorek-korek. Pemerkosaan terhadap tanah itu namanya, kata dia.

Pihak Astra Agro Lestari sendiri, ujar Bandung, berusaha dengan keras agar mampu mengenal dan memahami bagaimana tanah yang menjadi lomasi perkebunan sawit mereka.

Termasuk kebun sawit di PT KTU yang berada di areal lahan gambut. Astra Agro Lestari, ujar Bandung, telah menciptakan sistematika dan penanganan yang tersendiri.

“Dengan demikian lahan gambut dan tanaman sawit di atasnya bisa sama-sama tetap dalam keadaan baik. Kami pantau terus-menerus kondisi tanaman sawit dan lahan gambut kami,” tegas Bandung.

Bandung menjelaskan, terdapat tiga prinsip keberlanjutan yang harus diterapkan dalam pengelolaan industri minyak kelapa sawit.

“Ketiga aspek tersebut adalah people, planet, dan profit. Ketiganya harus berjalan beriringan,” katanya.

Meskipun setiap negara, termasuk Indonesia, memiliki standar keberlanjutan yang berbeda, ketiga prinsip tersebut harus tetap diutamakan. “Kita di Indonesia juga punya standar keberlanjutan minyak sawit sendiri,” ujarnya.

Dengan memperhatikan ketiga aspek ini, isu-isu dan dampak negatif dalam pengelolaan minyak kelapa sawit bisa ditekan. Seperti diketahui, ada banyak sekali isu-isu negatif yang berkembang, khususnya tentang lingkungan.

“Isu-isu yang berkembang juga beragam mulai dari deforestasi, pengelolaan lahan gambut, hingga hak asasi manusia,” papar Bandung.

Selain itu, Bandung juga menyayangkan masih banyaknya pihak yang menyalahkan industri minyak kelapa sawit atas kejadian kebakaran lahan di sejumlah wilayah di Indonesia. Menurut dia, tuduhan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

“Faktanya, lahan perkebunan kelapa sawit hanya berkisar 11 persen dari luas seluruh perkebunan yang ada di Indonesia,” tutur Bandung. Lebih lanjut, ia mengajak semua pihak untuk ikut serta dalam menjaga eksistensi komoditas kelapa sawit.

Dengan demikian, sektor kelapa sawit dapat memberi sumbangsih yang besar pada sektor sosial dan ekonomi di Indonesia.(ist)
 


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar