Nusantara

Sawit Penting Bagi Pembangunan Ekonomi Indonesia

PEKANBARU - Industri Kelapa Sawit telah membawa dampak positif terhadap pembangunan ekonomi lokal melalui multiplier effect. Sawit berperan besar dalam perekonomian nasional, pengentasan kemiskinan, pengembangan kawasan perdesaan dan terpencil dan memberikan kesempatan kerja.

Anggota tim Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa yang juga Ketua Bidang Sustainability Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Dr. Bandung Sahari menjelaskan, sawit merupakan komoditas pertanian yang paling strategis.

“Namun disisi lain, sawit juga komoditas pertanian yang paling menantang. Sebab, oleh sebagian kawasan, terutama Eropa dan Amerika Utara, diangap sebagai penyebab penggundulan hutan, emisi gas rumah kaca, kebakaran lahan dan gambut,” kata Bandung dihadapanpeserta Pembekalan, Capacity Building, dan Field Trip Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa 2024 di Hotel Aryaduta Pekanbaru Riau, 28//2/2024 seperti dilansir majalah Hortus.

Menurut Bandung, terdapat tiga prinsip keberlanjutan yang harus diterapkan dalam pengelolaan industri minyak kelapa sawit. Ketiga aspek tersebut adalah people, planet, dan profit. Ketiganya harus berjalan beriringan meskipun setiap negara, termasuk Indonesia, memiliki standar keberlanjutan yang berbeda, ketiga prinsip tersebut harus tetap diutamakan.

“Dengan memperhatikan ketiga aspek ini, isu-isu dan dampak negatif dalam pengelolaan minyak kelapa sawit bisa ditekan. Ada banyak sekali isu-isu negatif yang berkembang, khususnya tentang lingkungan,” kata Bandung.

“Isu-isi yang berkembang juga beragam mulai dari deforestasi, pengelolaan lahan gambut, hingga hak asasi manusia,” papar Bandung. Selain itu, Bandung jug menyayangkan masih banyaknya pihak yang menyalahkan industri minyak kelapa sawit atas kejadian kebakaran lahan di sejumlah wilayah di Indonesia. Menurut dia, tuduhan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

“Faktanya, lahan perkebunan kelapa sawit hanya berkisar 11 persen dari luas seluruh perkebunan yang ada di Indonesia,” tutur Bandung. Lebih lanjut, ia mengajak semua pihak untuk ikut serta dalam menjaga eksistensi komoditas kelapa sawit. Dengan demikian, sektor kelapa sawit dapat memberi sumbangsih yang besar pada sektor sosial dan ekonomi di Indonesia,” kata bandung.

Menurut Bandung, rakyat Indonesia yang telah merasakan penderitaan dijajah selama lebih dari 350 tahun Indonesia baru mulai membangun setelah tahun 1945 dengan minimnya teknologi, pendidikan, dan tingginya angka kemiskinan.

“Selain itu, selama 20 tahun setelah kemerdekaan, Indonesia mengalami gejolak politik yang luar biasa

selapa sawit ibarat setetes embun yang memberi harapan bagi bangsa Indonesia untuk bangkit dan berkembang,” kata Bandung.

Dr Aiyen Tjoa, Fakultas Pertanian-Universitas Tadulako Anggota tim menyampaikan, ada berbagai cara dalam mencari kebenaran, diantaranya; Pertama, secara  kebetulan, (penemuan  terjadi  secara  kebetulan); Trial  And  Error, (bersifat  untung-untungan); Dan melalui  Otoritas, (kebenaran  bisa  didapat  melalui  otoritas  seseorang  yang  memegang  kekuasaan).

Kemudian berpikir  Kritis/Berdasarkan  Pengalaman, (berpikir  secara  deduktif  dan  induktif). Secara  deduktif  artinya  berpikir  dari  yang  umum  ke  khusus;  sedang  induktif  dari  yang  khusus  ke  yang  umum.  Melalui metode  deduktif  sudah  dipakai  selama  ratusan  tahun  semenjak  jamannya  Aristoteles.

“Dan yang terakhir, melalui  Penyelidikan  Ilmiah, (kebenaran  baru  bisa  didapat  dengan menggunakan  penyelidikan  ilmiah,  berpikir  kritis  dan  induktif),” kata Aiyen.

Menurut Aiyen, penelitian adalah suatu proses untuk mencapai, secara sistematis dan didukung oleh data, jawaban terhadap suatu pertanyaan, penyelesaian terhadap permasalahan, atau pemahaman yang dalam terhadap suatu fenomena.

Sehingga ada berbagai macam tujuan penelitian. Diantaranya; Eksplorasi (exploration), berkaitan dengan upaya untuk menentukan apakah suatu fenomena ada atau tidak.  Selanjutnya Deskripsi (description), berkaitan dengan pengkajian fenomena secara lebih rinci atau membedakannya dgn fenomena yang lain.

Kemudian; Prediksi (prediction), berupaya mengidentifikasi hubungan (keterkaitan) yang memungkinkan kita berspekulasi (menghitung) tentang sesuatu hal (X) dengan mengetahui (berdasar) hal yang lain (Y).

“Dan Eksplanasi (explanation), mengkaji hubungan sebab-akibat diantara dua fenomena atau lebih. Terakhir, Aksi (action), yang dapat meneruskan salah satu tujuan di atas dengan penetapan persyaratan untuk menemukan solusi dengan bertindak sesuatu,” jelasnya.

?Sementara itu, Neila Amelia dari BPDPKS menjelaskan, tujuan Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa 2024 adalah; Pertama, Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat memberikan nilai tambah, berdaya saing tinggi, berkelanjutan dan ramah lingkungan; Kedua, Meningkatkan minat kemampuan, kreatifitas dan inovasi mahasiswa untuk dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mewujudkan sawit Indonesia yang berkelanjutan.

“Dan Ketiga, Sebagai sarana untuk menyiapkan kemampuan, keahlian, sikap dan tanggung jawab, serta kemandirian mahasiswa menjadi peneliti sawit masa depan untuk mendukung kemajuan sawit Indonesia,” kata Nela.

Menurut Neila, tim penilai Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa 2024 ini adalah; Bidang Budidaya/Lahan/Tanah Edy Supriyanto, Phd, Bidang Bioenergi  Dr. Verina J. Wargadalam, Bidang Pangan/Kesehatan Dr Donald Siahaan.

“Kemudian Bidang Pasca Panen/Pengolahan Prof. Dr. Gustan Pari,  Bidang Biomaterial/Oleokimia Prof. Dr. Erliza Hambali, Bidang Lingkungan Dr. Bandung Sahari dan Sosial Ekonomi/ Bisnis/Manajemen / Pasar / TIK Dr. Aiyen Tjoa,” kata Nela.

Nela menjelaskan, ada 1143 akun yang mendaftar untuk mengikuti Lomba Riset Sawit Tingkat Mahasiswa 2024, dan dari 668 yang meyerahkan proposal lolos seleksi 515.

“Dari 515 proposal yang lolos seleksi terpilih dan lolos untuk mendapatkan dana dari BPDPKS sebanyak 40 proposal. Yang terdiri dari bidang Biomaterial/ Oleokimia 7, Lahan/Bibit/Budidaya 6, Pangan/ Kesehatan, 7, Pasca Panen/ Pengolahan 5 proposal, Penanganan Limbah/ Lingkungan 7 proposal, dan Sosial/Ekonomi/Manajemen/ICT 4 proposal,” kata Nela.

Dia menambahkan, dari 40 proposal yang mendapatkan pendanaan, terbanyak berasal dari Institut Pertanian Bogor dengan 5 proposal.

“Disusul Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Universitas 11 maret Surakarta dan Universitas Mulawarman masing-masing 3 proposal,” pungkasnya.(ist)


[Ikuti SawitPlus.co Melalui Sosial Media]






Tulis Komentar